Cucu Nelson Mandela Aktivis Global Flotilla Ungkap Disiksa Pasukan Israel

Cucu Nelson Mandela Aktivis Global Flotilla Ungkap Disiksa Pasukan Israel

Terkini | inews | Kamis, 9 Oktober 2025 - 08:20
share

JOHANNESBURG, iNews.id - Enam aktivis kemanusiaan Afrika Selatan (Afsel) yang tergabung dalam misi kemanusiaan Gaza Global Sumud Flotilla (GSF) mengisahkan penganiayaan yang mereka alami selama berada di tahanan Israel.

Keenam aktivis tersebut, termasuk Mandla Mandela, cucu mantan Presiden Afrika Selatan Mendiang Nelson Mandela, tiba di Afsel, Rabu (8/10/2025), setelah dideportasi oleh Israel.

“Kami diborgol menggunakan tali, diikat erat di belakang punggung, diturunkan dari perahu, dan diarak-arak di hadapan warga Israel dan sekutu mereka di Barat,” ujar Mandla, dalam konferensi pers di Bandara Internasional OR Tambo, dekat Johannesburg, dikutip Kamis (9/10/2025).

Dia menambahkan Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben Gvir, sempat mendatangi ratusan aktivis dan meneriaki mereka dengan kata-kata teroris. Para aktivis membalas dengan menerikkan kata-kata bebaskan Palestina.

"Anda mendukung pembunuh bayi lalu menyebut kami teroris," kata Mandla, menceritakan kembali teriakan para aktivis kepada Ben Gvir saat itu.

Ben Gvir yang saat itu dikawal ketat petugas keamanan tak berdiri lama di pelabuhan Ashdod karena terus diteriaki oleh ratusan aktivis.

“Rakyat bersatu tak akan pernah bisa dikalahkan. Hal itu tergambar di Ashdod, dan kami memulangkan Ben Gvir," ujar Mandla. 

Dia menambahkan, selama di tahanan mereka mengalami segala bentuk kebrutalan. Namun para aktivis dari 50 negara itu sepakat tak ingin membesar-besarkannya karena menyadari apa mereka alami tak ada apa-apanya dibandingkan dengan penderitaan warga Gaza setiap hari.

“Kami diculik di perairan internasional. Warga Palestina diserang, dilukai, dan dibunuh. Ini (misi GSF) bukan tentang kami. Narasinya harus selalu tentang warga Palestina dan kekejaman yang mereka hadapi,’’ ujarnya.

Aktivis lain, Fatima Hendricks, mengatakan tentara Israel masuk ke sel mereka dan menyerang dua perempuan saat mereka hendak mengambil kasur.

“Kami ditodong senapan ke dahi, bersandar di dinding untuk membawa dua rekan kami ke sel isolasi,” ujarnya, penuh emosi.

Hendricks melanjutkan ada sekitar 10 hingga 12 tahanan perempuan di sel mereka, namun tentara Israel membalas dengan kekerasan bruta. 

“Mereka adalah pasukan penjajah Zionis yang tidak mengenal belas kasih selain kekerasan,’’ tuturnya.

Hendricks menambahkan, para tahanan Muslimah juga dilarang mengenakan jilbab selama di penjara, menggambarkannya sebagai bentuk kebencian militer Zionis dan anti-Muslim. 

"Saya telah mengenakan jilbab sejak usia 11 tahun," katanya.

Aktivis Afsel lainnya, Zaheera Soomar, menegaskan tidak menyesal bergabung dengan misi kemanusiaan GSF untuk berusaha menembus blokade Israel dan mengirim bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Meski gagal, kata Soomar, para aktivis tidak akan menyerah untuk mencoba di lain kesempatan.

"Kami berkomitmen untuk misi lainnya lagi. Sampai genosida berakhir, kami tidak akan berhenti," katanya.

Warga Afrika Selatan lainnya yang berpartisipasi dalam misi tersebut antara lain penulis Zukiswa Wanner, Carrie Shelver, dan Reaz Moola.

Mandla mengatakan, misi mereka sempat dilindungi kapal perang Angkatan Laut Italia dan Spanyol. Namun setelah kapal para aktivis memasuki perairan zona kuning, kapal-kapal perang menarik diri.

"Kami juga ditemani oleh drone Turki yang terbang di atas kami dan memberikan informasi setiap hari saat kami berlayar semakin dekat ke Gaza," katanya.

Topik Menarik