Dinkes Sukabumi Buka Suara soal Balita Tewas Digerogoti Cacing

Dinkes Sukabumi Buka Suara soal Balita Tewas Digerogoti Cacing

Terkini | inews | Kamis, 21 Agustus 2025 - 20:02
share

JAKARTA, iNews.id – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukabumi buka suara soal balita meninggal dunia akibat infeksi cacing. Dinkes mengklaim balita bernama Raya (3) itu, sempat diberi vitamin A dan diberi obat cacing kala memeriksa kesehatan di posyandu pada Februari 2025. Namun, obat cacing itu tak yakin diminum oleh Raya.

Sekretaris Dinas Kesehatan  Kabupaten Sukabumi, Andi Rahman mengaku turut prihatin dengan kejadian Raya, yang meninggal dunia akibat infeksi cacing.

"Saya turut prihatin ya dengan kejadian ini, dan merupakan cambukan buat kami sebagai pelayan publik khususnya di lingkup Dinkes Kabupaten Sukabumi," kata Andi dalam program iNews Sore, Kamis (21/8/2025).

Menurutnya, kejadian ini baru pertama kali setelah puluhan tahun lalu. Ia pun mengaku, kasus meninggalnya balita akibat cacingan merupakan kasus pertama di Sukabumi.

"Ini kejadian yang pertama dari semenjak, yang saya tahu puluhan tahu, baru ada kejadian bayi meninggal dengan penyakit kecacingan, yang tentunya kecacingan ini semestinya secara prosedural atau secara pelayanan tidak perlulah sampai ke tingkat kematian," ucap Andi.

Andi pun menuturkan, ibu Raya saat melahirkan di Puskesmas Cicurug tak memiliki identitas resmi seperti KTP, KK hingga BPJS Kesehatan. Raya, kata dia, juga terdeteksi di bawah garis merah kemiskinan dan masuk ke sistem Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (PPGBM) sejak umur 6 bulan.

"Sudah ditemukan sampai usai 14 bulan itu masih BGM (Balita Bawah Garis Merah). Tetapi diproses itu, sudah beberapa kali kita melakukan pelayanan ya. Artinya tata kelola untuk bayi gizi buruk ini, nah diantaranya ya ada PMT (pemberian makan tambahan), ada juga pemeriksaan baik di Posyandu," ucap Andi.

Setelah ditelusuri lebih lanjut, Andi berkata, Dinkes telah memeriksa kepala puskesmas, dokter puskesmas hingga bidan desanya. Hasilnya, Raya sempat beberapa kali ke posyandu namun tak rutin.

"Setelah kami audit, ya kami menerima informasi bahwa memang Raya ini ke posyandu itu apa ya artinya selang-selang, jadi tidak tiap bulan," ucap Andi.

Andi mengatakan, pemerintah memiliki program kesehatan pemberian obat cacing dan vitamin A setahun dua kali atau enam bulan sekali.

"Kemudian apakah yakin Raya ini minum obat cacing? Nah itu yang menjadi cambuk buat kita perhatian. Tata laksana pemberian obat itu, kalau di posyandu itu diberikan obat vitamin A dulu, karena tidak bisa bersamaan," ucap Andi.

Sebelumnya, seorang balita bernama Raya, warga Desa Cihanaga, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, meninggal dunia setelah tubuhnya dipenuhi cacing gelang. Korban sempat menjalani perawatan intensif selama delapan hari di RSUD Ramsudin SH, namun nyawanya tak tertolong.

Tragedi ini viral di media sosial karena kondisi tubuh korban begitu mengenaskan. Saat diperiksa, dari hidung Raya bahkan keluar cacing hidup. Petugas medis menemukan setidaknya 1 kilogram cacing gelang yang berhasil dikeluarkan dari tubuh mungilnya. 

Menurut keluarga, Raya sering bermain tanah di kolong rumah panggung mereka. Dia juga kerap mengeluhkan batuk dan sesak napas. Karena keterbatasan ekonomi dan tidak memiliki BPJS, orang tua hanya mengobatinya dengan cara tradisional, hingga akhirnya seorang relawan membawa korban ke rumah sakit.

Dari hasil pemeriksaan dokter, diketahui Raya menderita askariasis atau infeksi akibat cacing gelang. Petugas medis menyampaikan kondisi tidak sadarnya sempat diduga berkaitan dengan komplikasi penyakit paru yang diderita ayahnya. Namun, setelah cacing ditemukan keluar dari hidung dan saluran pernapasannya, tim medis menilai infeksi cacing itu menjadi salah satu faktor utama penyebab kritisnya korban.

Topik Menarik