Tegas! Erick Thohir Tolak Regulasi 8 Pemain Asing Bermain di Super League
JAKARTA, iNews.id – Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, mengambil sikap tegas terkait regulasi pemain asing di Liga 1 yang kini berganti nama menjadi Super League 2025-2026. Erick meminta revisi aturan yang sebelumnya mengizinkan delapan pemain asing bermain sekaligus di lapangan, menjadi hanya tujuh pemain asing saja yang dapat tampil dalam satu pertandingan. Hal ini bertujuan memberi ruang lebih besar bagi pemain lokal, khususnya talenta muda usia di bawah 23 tahun.
Keputusan PSSI ini muncul setelah rapat internal dan komunikasi dengan operator liga, I League (dulu PT Liga Indonesia Baru), yang sebelumnya menetapkan regulasi maksimal 11 pemain asing dalam daftar tim dan delapan pemain asing di lapangan. Erick menilai jumlah delapan pemain asing terlalu banyak sehingga berpotensi menekan kesempatan tampil pemain lokal dan U-23.
"Saya hari ini sudah mengirimkan surat ke PT LIB. Kami PSSI sudah rapat dan mungkin minggu depan LIB akan bertemu kami. Kami melihat delapan pemain dalam satu game itu terlalu banyak. Jadi kita memutuskan itu tujuh," jelas Erick Thohir, Rabu (16/7/2025).
Menyeimbangkan Kuota Pemain Asing dan Pengembangan Talenta Lokal
Erick menegaskan, meski jumlah pemain asing yang boleh diturunkan berkurang menjadi tujuh, kuota pendaftaran tetap sama, yaitu 11 pemain asing dalam daftar tim. Selain itu, aturan minimal bermain selama 45 menit bagi pemain U-23 juga tidak berubah.
Dengan demikian, kombinasi regulasi ini diharapkan bisa meningkatkan durasi bermain pemain lokal dan mempercepat pengembangan pemain muda Indonesia.
"Jadi tujuh ditambah pemain U-23 yang tetap harus dimainkan minimal 45 menit, sisanya tentu diisi pemain nasional," tambah Erick.
Selain itu, Erick turut memberikan apresiasi terhadap pemain keturunan dan diaspora yang mulai memperkuat klub-klub Super League. Contohnya Jordi Amat (Persija Jakarta), Jens Raven (Bali United), dan Rafael Struick yang akan bergabung dengan Dewa United. Erick menyambut baik fenomena ini sebagai pilihan yang bisa meningkatkan kualitas kompetisi.
"Saya lihat juga ada beberapa pemain diaspora kita yang kembali ke Indonesia. Itu pilihan, kami tidak bisa bilang itu benar atau salah. Saya berharap, dengan kualitas seperti ini, apalagi kita juga terus melatih perangkat pertandingan dan menggunakan VAR bahkan di Liga 2 kualitas liga kita akan terus meningkat," ujarnya.
Erick menambahkan fokus utama PSSI tetap pada pembinaan Timnas Indonesia. Meski berjalan berdampingan dengan I League sebagai operator liga, PSSI mengawasi empat tolok ukur utama untuk menilai keberhasilan pengelolaan liga, yakni variasi juara liga, peningkatan jumlah suporter, kesehatan finansial klub, serta prestasi klub Indonesia di kompetisi internasional.
"Saya juga nggak apa-apa (dengan perubahan regulasi ini), karena memang PSSI fokusnya Tim Nasional. Kami jalan berdampingan dengan LIB, tapi kita punya kepentingan agar LIB menjadi tempat pengembangan pemain. Baik lewat EPA-nya, maupun liganya," tutup Erick.










