PBSI Murka! Eng Hian Ultimatum Atlet Pelatnas Cipayung: Jangan Cuma Kejar Ranking, Harus Buru Prestasi
JAKARTA, iNews.id – Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres) PBSI, Eng Hian, melayangkan peringatan keras kepada para atlet Pelatnas Cipayung. Dalam pernyataannya, Eng Hian menegaskan para pemain harus mengubah pola pikir mereka dalam mengikuti turnamen, bukan sekadar memperbaiki peringkat, melainkan harus membidik prestasi nyata.
Sorotan tajam diarahkan pada penampilan skuad bulu tangkis Indonesia sepanjang paruh pertama musim 2025. Sejauh ini, para atlet Pelatnas PBSI hanya mampu mengamankan dua gelar dari ajang BWF World Tour 2025, dan keduanya pun berasal dari turnamen level Super 300, bukan level elite seperti Super 750 atau 1000.
Dua gelar tersebut diraih oleh pasangan putri Lanny Tria Mayasari/Siti Fadia Silva Ramadhanti di Thailand Masters dan duet muda Jafar Hidayatullah/Felisha Alberta Nathaniel Pasaribu di Taipei Open 2025. Fakta ini membuat banyak pihak mempertanyakan progres Pelatnas, terutama dalam hal program pembinaan dan pola mental bertanding atlet.
Eng Hian tidak tinggal diam melihat tren ini. Ia menyampaikan perlu dilakukan evaluasi secara menyeluruh, terutama bagi atlet yang sudah lima tahun atau lebih bergabung di Pelatnas. Bukan hanya perkembangan teknik dan fisik yang dinilai, tapi juga pencapaian mereka dalam kompetisi.
“Semua harus bisa dievaluasi secara tegas menurut saya. Pemain yang sudah lima tahun lebih di pelatnas selain progress, harus fair dilihatnya adalah pencapaian,” ujar Eng Hian dalam keterangan resmi PBSI, Jumat (20/6/2025).
Mantan peraih medali Olimpiade itu juga menekankan pentingnya strategi realistis dalam menurunkan pemain ke turnamen. Ia bahkan menyarankan untuk menurunkan level kejuaraan sebagai ajang menguji kesiapan dan target konkret seperti minimal podium.
“Saya menyampaikan kepada pelatih, memberikan pandangan, kenapa tidak mencoba untuk diturunkan levelnya dan diberi target podium dulu. Bila tidak tercapai, maka harus segera dipikirkan apa yang harus dilakukan. Ini sebagai ujian juga untuk mereka,” sambungnya.
Masalah utama, menurut Eng Hian, terletak pada pola pikir atlet yang terjebak pada ambisi ranking. Ia menegaskan memperbaiki peringkat tidak seharusnya menjadi motivasi utama dalam mengikuti turnamen. Fokus seharusnya adalah prestasi, karena dari prestasi, peringkat akan naik secara otomatis.
“Saya juga mau mengikis pola pikir para atlet yang datang ke turnamen untuk memperbaiki peringkat. Pola pikirnya harus diubah, ke turnamen harus berprestasi maka peringkat akan naik,” tegasnya.
PBSI juga tidak tinggal diam. Evaluasi menyeluruh akan dilakukan secara rutin terhadap pelatih dan pemain. Eng Hian mengingatkan tanggung jawab pelatih dalam mengatur strategi dan kesiapan pemain sangat vital. Tidak bisa hanya mengandalkan keinginan atlet tanpa dasar analisis performa dan kondisi.
“Yang terpenting pelatih harus punya standarisasi dalam pengiriman ke turnamen, bagaimana persiapannya, kondisinya siap atau tidak, jangan hanya ikut kata pemainnya yang mau turun di turnamen tanpa dasar dan persiapan yang bagus,” ucap Eng Hian menambahkan.
Ia juga menyayangkan dari laporan evaluasi yang diterima PBSI, banyak masalah yang berulang tanpa ada perubahan signifikan. Menurutnya, program pembinaan harus adaptif dan ditindaklanjuti dengan tindakan nyata, bukan hanya evaluasi rutin di atas kertas.
“Dari hasil evaluasi di setiap tournament, permasalahannya tidak jauh dari hal-hal itu saja. Berarti belum ada perubahan program dari hasil evaluasi yang dilaporkan,” tutup Eng Hian.