Para Ahli Kumpul di Konferensi Kesehatan Asia Pasifik 2025, Ini yang Dibahas
JAKARTA, iNews.id - Para ahli kumpul dalam Konferensi Kesehatan Asia Pasifik 2025 di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (14/6/2025). Apa yang menjadi pembahasan dalam konferensi tersebut?
Acara ini digelar kolaborasi antara The Center of Excellence for the Acceleration of Harm Reduction (CoEHAR) dan Universitas Padjadjaran (Unpad), yang menyatukan para ahli dari berbagai negara. Fokus utama konferensi tersebut adalah penguatan peran akademisi dan tenaga medis dalam merumuskan kebijakan kesehatan masyarakat berbasis bukti untuk menanggulangi masalah tembakau.
Wakil Rektor Bidang Riset, Kerja Sama, dan Pemasaran Unpad, Profesor Rizki Abdulah, menekankan konferensi ini membuka jalan bagi penguatan jaringan riset internasional. Dia menyebut pendekatan ilmiah sangat penting untuk memastikan setiap kebijakan pengendalian tembakau memiliki dasar yang kuat dan berdampak langsung terhadap kesehatan masyarakat.
“Indonesia, seperti banyak negara lain di kawasan Asia, saat ini berada pada titik kritis dalam pengendalian tembakau. Maka dari itu, kita memerlukan pendekatan berbasis bukti yang kuat, agar kebijakan publik yang dihasilkan memiliki fondasi yang kokoh dan berdampak nyata,” ujar Prof Rizki. Guru Besar Fakultas
Kedokteran Gigi Unpad, Prof Amaliya, menjelaskan pentingnya strategi harm reduction sebagai pendekatan inovatif di sektor kesehatan. Tingginya angka perokok di Indonesia harus ditanggapi secara serius dengan intervensi ilmiah, kolaborasi lintas sektor, serta pelibatan komunitas.
“Indonesia masih berada di posisi ketiga tertinggi dalam jumlah perokok di dunia. Konferensi ini menjadi kesempatan kita untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, serta menyampaikan gambaran komprehensif dari temuan dan penelitian terbaru tentang merokok dan strategi harm reduction,” kata Prof Amaliya.
Profesor Riccardo Polosa dari Universitas Catania, Italia, menyampaikan sinergi antara berhenti merokok dan strategi harm reduction tidak bisa dipisahkan dalam upaya melindungi kesehatan publik. Dia menegaskan pentingnya kolaborasi lintas disiplin untuk mempercepat pencapaian tujuan bersama, yakni mengurangi angka kematian akibat rokok.
“Perlu digarisbawahi bahwa upaya berhenti merokok dan harm reduction bukanlah dua hal yang terpisah, melainkan satu kesatuan yang saling terintegrasi. Tidak ada gunanya memperdebatkan hal-hal kecil yang justru menghambat kemajuan kita dalam upaya pengurangan dampak buruk dari merokok. Kita harus bekerja sama karena tujuannya sama, menyelamatkan nyawa dan membantu mereka yang masih merokok,” katanya.
Konferensi Kesehatan Asia Pasifik ini juga memperkenalkan proyek-proyek kolaboratif antara Unpad dan Universitas Catania, termasuk Replica Project. Selain itu, diluncurkan juga program Talent Research Award sebagai upaya memberdayakan peneliti muda dari negara berkembang dalam riset kesehatan global.
“Kami percaya bahwa sains menawarkan solusi nyata. Namun, untuk mengubah sains menjadi dampak nyata bagi masyarakat, kita butuh regulasi yang progresif, kebijakan yang inklusif, dan strategi terpadu yang menyatukan bidang kesehatan, pendidikan, dan inovasi," ujar Prof Polosa.