Siapa Pendiri Gerakan Pramuka di Indonesia? Simak Sejarahnya
JAKARTA, iNews.id - Siapa pendiri Gerakan Pramuka di Indonesia akan dibahas dalam artikel ini. Pembahasan ini bermanfaat untuk menambah wawasan tentang kepramukaan.
Dikutip dari Pramuka.or.id, Gerakan pramuka merupakan organisasi nonformal yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan. Pramuka singkatan dari Praja Muda Karana, yang berarti orang muda yang suka berkarya.
Pendidikan kepramukaan bertujuan membentuk watak, akhlak dan budi pekerti luhur. Sistem pendidikan yang dijalankan menyesuaikan keadaan, kepentingan serta perkembangan masyarakat dan bangsa.
Siapa Pendiri Gerakan Pramuka di Indonesia?
Gerakan Pramuka di Indonesia secara resmi dibentuk dan diprakarsai oleh Presiden Soekarno, dengan peran penting dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Pandu Agung pertama. Penyatuan berbagai organisasi kepanduan yang sebelumnya terpecah menjadi satu wadah Pramuka adalah hasil dari upaya bersama kedua tokoh tersebut, dengan tujuan menciptakan gerakan kepanduan yang lebih terorganisir dan membawa semangat persatuan bangsa Indonesia.
Gerakan Pramuka di Indonesia memiliki sejarah panjang sejak era penjajahan Belanda. Pada awal abad ke-20, pendidikan kepanduan di Indonesia mulai berkembang dengan terbentuknya organisasi pertama yang didirikan oleh sekelompok orang Belanda di Batavia (sekarang Jakarta).
Pada 1912, mereka memulai kegiatan kepanduan yang kemudian menjadi bagian dari Nederlandsche Padvinders Organisatie (NPO), organisasi kepanduan di Belanda. Kemudian pada 1914, organisasi ini berdiri sendiri dengan nama Nederlands-Indische Padvinders Vereeniging (NIPV) yang berarti Persatuan Pandu Hindia Belanda.
Organisasi ini sebagian besar terdiri dari anggota keturunan Belanda. Namun, perkembangan organisasi kepanduan tidak hanya berhenti di kalangan orang Belanda.
Pada 1916, Mangkunegara VII dari Keraton Solo mendirikan Javaansche Padvinders Organisatie. Organisasi kepanduan ini menjadi yang pertama diperuntukkan bagi bumiputera.
Organisasi kepanduan lainnya pun muncul dengan latar belakang yang beragam, seperti Hizbul Wathan yang didirikan oleh Muhammadiyah, Syarikat Islam Afdeling Pandu, dan banyak organisasi lain yang berfokus pada kesukuan, agama, maupun daerah tertentu.
Seiring waktu, kepanduan di Indonesia semakin berkembang. Pada 1934, Lord Baden-Powell, pendiri Gerakan Pramuka Sedunia, beserta keluarganya mengunjungi Indonesia dan bertemu dengan organisasi-organisasi kepanduan di Batavia, Semarang dan Surabaya.
Pada 1937, Kontingen Pandu Hindia-Belanda turut berpartisipasi dalam Jambore Kepanduan Sedunia di Belanda. Pada 1941, Indonesia juga menyelenggarakan Jambore Kepanduan Indonesia Oemoem di Yogyakarta.
Kegiatan itu menjadi momentum penting bagi perkembangan gerakan kepanduan di tanah air. Setelah Indonesia merdeka, pada 27-29 Desember 1945, diselenggarakan Kongres Kesatuan Kepanduan Indonesia di Surakarta.
Kongres ini menghasilkan keputusan untuk mendirikan Pandu Rakyat Indonesia yang menjadi organisasi kepanduan satu-satunya di Indonesia. Namun, masa-masa sulit pasca-kemerdekaan menyebabkan ketegangan politik yang berdampak pada pelarangan Pandu Rakyat di wilayah yang dikuasai Belanda dan munculnya organisasi-organisasi kepanduan lainnya, seperti Kepanduan Putera Indonesia (KPI), Pandu Puteri Indonesia (PPI), dan Kepanduan Indonesia Muda (KIM).
Pada akhirnya, untuk menciptakan persatuan, berbagai organisasi kepanduan di Indonesia bergabung dalam Persatuan Kepanduan Indonesia (Perkindo). Meski demikian, Perkindo menghadapi masalah karena adanya perpecahan antargolongan.
Untuk itu, Presiden Soekarno bersama Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang saat itu menjabat sebagai Pandu Agung, menggagas penyatuan organisasi-organisasi kepanduan dalam satu wadah tunggal, yaitu Gerakan Pramuka.
Proses penyatuan ini dimulai pada 1959, ketika Soekarno mengungkapkan pentingnya meleburkan organisasi-organisasi kepanduan di Indonesia dalam sebuah wadah bersama. Pada 9 Maret 1961, nama Gerakan Pramuka diresmikan. Tanggal ini kemudian diperingati sebagai Hari Tunas Gerakan Pramuka.
Selanjutnya, pada 20 Mei 1961, diterbitkan Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961 yang mengesahkan Gerakan Pramuka sebagai organisasi resmi di Indonesia. Pada 14 Agustus 1961, Gerakan Pramuka diperkenalkan secara resmi kepada masyarakat Indonesia melalui upacara di Istana Negara.
Soekarno menyerahkan Panji Gerakan Pramuka kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang menjadi Ketua pertama Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. Sejak saat itu, tanggal 14 Agustus ditetapkan sebagai Hari Pramuka.