Sekolah PBB di Gaza Dibom Israel Tewaskan 6 Staf UNRWA, Sekjen Antonio Guterres Murka

Sekolah PBB di Gaza Dibom Israel Tewaskan 6 Staf UNRWA, Sekjen Antonio Guterres Murka

Terkini | inews | Kamis, 12 September 2024 - 07:24
share

GAZA, iNews.id - Pasukan Israel mengebom sekolah badan PBB untuk urusan pengungsi Palestina UNRWA di Kampp Pengungsi Nuseirat, Jalur Gaza bagian tengah, Rabu (11/9/2024) malam waktu setempat. Sedikitnya 18 orang tewas dalam serangan terhadap fasilitas penampungan pengungsi tersebut.

Dari jumlah itu, enam di antaranya adalah staf PBB UNRWA yang bertugas memberikan bantuan kepada pengungsi. Ini merupakan serangan Israel paling mematikan bagi badan PBB sejak perang pecah pada 7 Oktober.

Serangan brutal Israel tersebut juga melukai sedikitnya 20 orang. 

"Enam rekan UNRWA tewas hari ini saat dua serangan udara menghantam sebuah sekolah dan sekitarnya di Nuseirat. Ini adalah jumlah korban tewas tertinggi di antara staf kami dalam satu insiden," bunyi pernyataan UNRWA, seperti dikutip dari Al Jazeera, Kamis (12/9/2024)

Ini adalah kelima kali Israel menyerang sekolah tersebut sejak perang 7 Oktober. Sekolah itu selalu digunakan untuk menampung ribuan pengungsi Gaza.

Sementara itu staf PBB yang tewas adalah manajer tempat penampungan UNRWA dan anggota timnya.

“Sekolah ini menampung sekitar 12.000 orang pengungsi, terutama perempuan dan anak-anak. Tidak ada tempat yang aman di Gaza. Tidak ada yang luput,” demikian isi pernyataan.

Sekjen PBB Antonio Guterres mengecam serangan tersebut. Menurut dia, pembunuhan terhadap staf PBB dan pekerja bantuan kemanusiaan di Gaza sama sekali tidak bisa diterima. 

"Pelanggaran yang sangat dramatis terhadap hukum humaniter internasional dan sama sekali tidak adanya perlindungan yang efektif terhadap warga sipil," ujarnya.

Hampir 300 pekerja bantuan kemanusiaan, lebih dari dua per tiganya staf PBB, tewas selama perang Israel-Hamas. 

Guterres mendesak penyelidikan dan pertanggungjawaban yang efektif atas kematian mereka.

"Kita punya pengadilan tetapi kita juga menyaksikan bahwa putusan pengadilan tidak dihormati dan ketidakpastian akuntabilitas seperti inilah yang sama sekali tidak bisa diterima dan yang juga memerlukan refleksi serius," ujarnya.

Topik Menarik