Janji Indonesia Borong Minyak AS, dari BBM hingga LPG
IDXChannel - Indonesia menghindari tarif resiprokal yang lebih tinggi dari Amerika Serikat (AS). Salah satu syaratnya ialah pembelian komoditas energi AS dalam jumlah besar.
Pada Juli, kedua negara menyepakati kerangka kesepakatan tarif.AS setuju untuk menurunkan tarif resiprokal terhadap produk Indonesia menjadi 19 persen, setara dengan sejumlah negara lainnya di kawasan Asia Tenggara.
"Amerika Serikat akan mengurangi tarif timbal balik menjadi 19 persen," kata Gedung Putih dalam pernyataannya pada Juli.
Menurut pernyataan tersebut, Indonesia berjanji untuk membeli komoditas energi AS senilai USD15 miliar atau sekitar Rp250 triliun. Indonesia juga berjanji membeli produk aviasi dan pertanian AS dengan jumlah besar, serta melonggarkan pembatasan terhadap produk dan bisnis AS.
"Pembelian produk energi, termasuk gas petroleum cair (LPG), minyak mentah, dan bensin, dengan nilai kira-kira USD15 miliar," katanya.
Negosiasi lanjutan antara kedua negara sampai saat ini terus berlangsung. Penandatanganan kesepakatan dagang ditargetkan dilakukan pada Januari 2026.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia membenarkan rencana impor energi dari AS. Dia menyebutkan produk energi yang dibeli dari AS harus memiliki harga yang kompetitif.
"Kita akan belanja bahan bakar minyak (BBM), minyak mentah dan LPG. Harganya itu sekitar kurang lebih USD15 miliar," kata Bahlil pada akhir Juli.
"Itu pasti kita akan lakukan dengan memperhatikan nilai keekonomian. Harganya harus kompetitif," katanya.
Lebih lanjut, Bahlil menyebutkan peningkatan impor dari AS akan mengurangi ketergantungan pada negara lain, termasuk dari kawasan Timur Tengah dan Asia.
"Mengurangi dari negara lain, iya. Timur Tengah dan Asia," ujarnya.
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, sebagian besar impor produk petroleum oil Indonesia selama ini berasal dari negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia serta Timur Tengah.
Sebagai informasi, nilai impor minyak dari Singapura pada 2024 tercatat sebesar USD21 miliar, dan Malaysia USD4,5 miliar. Sementara AS berada di posisi 21 dengan nilai impor minyak mencapai USD19 juta.
Berbeda dengan petroleum oil, untuk produk petroleum gas, AS merupakan pemasok utama ke Indonesia dengan nilai transaksi mencapai USD2,03 miliar pada 2024, meningkat dibanding 2023 sebesar USD1,54 miliar.
Adapun total impor produk petroleum gas Indonesia pada tahun lalu mencapai US3,80 miliar, naik dibanding 2023 sebesar USD3,67 miliar. Selain AS, impor petroleum gas Indonesia berasal dari Qatar, Uni Emirat Arab dan Arab Saudi.
Komaidi mengungkapkan, konsekuensi peningkatan rencana impor migas dari AS bisa memang akan menggeser negara-negara lain atau menambah volume.
Janji pembelian komoditas energi AS mulai dijalankan pemerintah Indonesia pada paruh kedua tahun ini. PT Pertamina (Persero) baru-baru ini mengungkapkan pembelian BBM dalam junlah besar dari AS.
Untuk memenuhi permintaan pada periode Natal dan Tahun Baru 2025/2026, perusahan minyak negara tersebut mengimpor 1,4 juta kilo liter BBM. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Roberth MV Dumatubun menjelaskan, sekitar 40 persen dari kuota impor tersebut berasal dari AS.
"Berdasarkan kebijakan dengan pemerintah, sudah ada kebijakan untuk menyerap yang dari AS. Kalau AS kan setara 40 persen seperti kebijakan pemerintah. Selebihnya itu juga dilakukan dengan supplier-supplier penyedia yang ada di lokasi lain," ujarnya dalam konferensi pers kesiapan Nataru di Jakarta bulan lalu.
"Pemenuhan impor dilakukan oleh Pertamina sesuai spek Dirjen Migas dan melalui prosedur pengadaan di Pertamina," ujarnya. (Wahyu Dwi Anggoro)










