Waspada Fake BTS, Modus Penipuannya Bisa Kuras Rekening

Waspada Fake BTS, Modus Penipuannya Bisa Kuras Rekening

Terkini | idxchannel | Selasa, 16 Desember 2025 - 07:00
share

IDXChannel - Modus penipuan menggunakan fake Base Transceiver Station (BTS) masih kerap terjadi saat ini. Masyarakat pun diimbau untuk terus berhati-hati.

Ketua Komisi Komunikasi dan Edukasi Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) Heru Sutadi mengatakan, penipuan berkedok fake BTS marak terjadi karena perangkat untuk kejahatan tersebut cenderung murah dan mudah dirakit.

Selain itu, Direktur Eksekutif di Information and Communication Technology (ICT) ini menyampaikan, kurangnya regulasi ketat dari regulator dan operator layanan seluler terkait penyebaran sinyal palsu juga menyebabkan penipuan berbasis fake BTS kerap terjadi.

“Operasinya pindah-pindah wilayah atau bergerak sehingga tidak mudah dideteksi. Kurangnya regulasi ketat dari pemerintah dan operator seluler membiarkan sinyal palsu menyebar, ditambah edukasi publik minim, membuat korban percaya SMS tanpa verifikasi,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (16/12/2025).

Pelaku penipuan berkedok fake BTS memanfaatkan alat BTS palsu dan mengirimkan SMS phising berisi tautan berbahaya, serta menggunakan sender ID perusahaan penyedia layanan di berbagai sektor termasuk perbankan. Tujuannya, pelaku hendak mencuri data pribadi, one time password (OTP), hingga menguras rekening korban.

Menurut Pakar Keamanan Siber dari Vaksincom Alfons Tanujaya, umumnya penipuan berkedok fake BTS memanfaatkan sinyal 2G yang menjadi jalur distribusi SMS. Pelaku kerap memasang alat BTS palsu di mobil. Alat tersebut dapat memancarkan sinyal kuat di radius 500-1.000 meter, yang memungkinkan pelaku meniru frekuensi BTS resmi operator seluler.

Karena sinyal palsu tersebut kuat, ponsel korban otomatis terhubung ke sinyal dari pelaku. Setelah ponsel korban terkunci ke jaringan tersebut, pelaku bisa mengirim SMS massal menggunakan sender ID palsu dan menyertakan pesan bernada urgensi.

Namun, Alfons menegaskan, penyebaran pesan dengan modus fake BTS ini sama sekali tidak ada kaitan dengan sistem perbankan.

“Fake BTS ini ada beberapa metode, umumnya memanfaatkan 2G dan 4G, tapi utamanya 2G karena bisa disadap SMS-nya. Mereka jadi perantara antara ponsel dengan BTS asli. Dia bisa menyadap isi SMS-nya, lalu mereka juga bisa melakukan pengiriman SMS, sehingga korbannya terpancing,” katanya.

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Friderica Widyasari Dewi menjelaskan, penipuan berkedok fake BTS umumnya dilakukan tanpa upaya pelaku meretas sistem SMS perusahaan keuangan. Pelaku kerap mengirim SMS palsu ke korban dengan memanfaatkan teknologi penyamaran (masking).

“Jadi, itu sebenarnya bukan SMS dari bank yang dibelokin, tapi itu benar-benar fraudster yang menggunakan BTS palsu dan menyebarkan kepada masyarakat. Nah, ini memang bahaya sekali,” katanya di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Friderica yang akrab disapa Kiki itu menyampaikan, metode fake BTS masih marak digunakan penipu. Sebab, masih adanya jaringan 2G yang digunakan beberapa penyedia layanan seluler.

Menurutnya, keberadaan jaringan tersebut memungkinkan pelaku kejahatan menyusupkan SMS palsu ke dalam sistem komunikasi.

Untuk mengantisipasi kejahatan berbasis fake BTS, kata Kiki, OJK mendorong pelaku industri perbankan mengurangi ketergantungan atau penggunaan SMS dalam memberikan pemberitahuan kepada nasabah. Notifikasi kepada nasabah didorong dilakukan melalui jalur lain, contohnya melalui aplikasi mobile banking.

Kiki juga mengimbau masyarakat untuk tidak mudah percaya dengan SMS yang mengatasnamakan perusahaan tertentu, serta langsung menghubungi pihak bank jika menerima telepon atau SMS mencurigakan.

(Dhera Arizona)

Topik Menarik