Survei HSBC: 92 Persen Pebisnis Indonesia Percaya Diri dan Berencana Ekspansi Global
IDXChannel - Kawasan Asia Tenggara (ASEAN) dipastikan menjadi jalur perdagangan utama bagi perusahaan-perusahaan Indonesia seiring meredanya ketidakpastian tarif dan ketegangan geopolitik global.
Country Head Global Trade Solutions HSBC Indonesia, Delia Melissa mengatakan, berdasarkan survei HSBC Global Trade Pulse, sebanyak 92 persen (9 dari 10) pebisnis Indonesia sangat percaya diri dan berencana melakukan ekspansi internasional dalam dua tahun mendatang. Mayoritas perusahaan juga menargetkan kawasan regional sebagai prioritas utama.
“Sebanyak 58 persen perusahaan Indonesia menempatkan ASEAN sebagai prioritas ekspansi, dan 54 persen aktif memperluas rantai pasok di kawasan tersebut,” ungkap Delia dalam media briefing di Jakarta, Selasa (9/12/2025).
Menurut Delia, Indonesia juga dinilai sebagai salah satu negara yang berpotensi diuntungkan oleh perubahan peta dagang global.
Sebanyak 69 persen perusahaan di Indonesia meyakini bahwa perang dagang akan berdampak positif dalam dua tahun mendatang, angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan keyakinan global yang hanya sebesar 57 persen.
Perusahaan Indonesia lebih mengutamakan pasar ASEAN, disusul 36 persen menargetkan Asia Timur dan Utara, 29 persen Asia Selatan, 27 persen Eropa, dan 27 persen kawasan Oseania/Pasifik.
Secara spesifik, survei mengungkap lima pasar utama yang menjadi fokus peningkatan penjualan perusahaan Indonesia, yaitu Singapura (42 persen), Malaysia (32 persen), Jepang (27 persen), Australia (24 persen) dan Thailand (22 persen).
Fokus ekspansi ini didukung oleh keyakinan perusahaan Indonesia untuk meraih pertumbuhan pendapatan dalam dua tahun mendatang, di mana 67 persen meyakini hal tersebut, melampaui keyakinan global sebesar 58 persen.
Namun, kemampuan likuiditas menjadi tantangan utama dalam rencana ekspansi ini. Sebanyak 72 persen perusahaan Indonesia melaporkan peningkatan kebutuhan modal kerja sebagai akibat dari ketidakpastian perdagangan dan tarif, lebih tinggi dibandingkan rata-rata perusahaan global sebesar 62 persen.
Dengan kondisi tersebut, Delia menekankan pentingnya peran perbankan internasional.
“Peran perbankan internasional menjadi semakin krusial seiring rencana ekspansi ke pasar ASEAN dan meningkatnya kompleksitas dagang lintas negara. Perusahaan Indonesia membutuhkan dukungan likuiditas dan manajemen risiko untuk tetap bisa tumbuh dalam ketidakpastian,” ujar Delia.
Sementara itu, Regional Head of Global Trade Solutions Asia HSBC, Aditya Gahlaut, menilai bahwa perusahaan di Asia mulai beradaptasi dengan kondisi baru.
“Kekhawatiran sedikit mereda, tetapi perusahaan tetap waspada terhadap berbagai risiko. Meredanya ketidakpastian tarif memampukan perusahaan Asia untuk mengambil keputusan lebih tepat dan merencanakan bisnis di masa depan,” kata Aditya.
Dengan demikian, HSBC mencatat, dengan meredanya ketidakpastian tarif, dampak gangguan rantai pasok terhadap pendapatan perusahaan Asia diproyeksikan menurun menjadi 13 persen, dari posisi 18 persen pada survei enam bulan sebelumnya.
(Febrina Ratna Iskana)









