Rupiah Menguat Tipis ke Rp16.676, Pasar Nantikan Keputusan The Fed

Rupiah Menguat Tipis ke Rp16.676, Pasar Nantikan Keputusan The Fed

Ekonomi | idxchannel | Selasa, 9 Desember 2025 - 17:50
share

IDXChannel - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat tipis 19 poin atau sekitar 0,11 persen ke level Rp16.676 per USD pada akhir perdagangan Selasa (5/12/2025).

Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi menilai, sentimen yang mendorong penguatan rupiah berasal dari eksternal, khususnya ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan The Federal Reserve sebesar 25 basis poin.

“Pasar berjangka saat ini memperkirakan peluang sebesar 87 persen bahwa bank sentral AS akan melonggarkan kebijakan pada 10 Desember, mencerminkan harapan bahwa inflasi yang lebih rendah atau data ketenagakerjaan dapat mendorong langkah tersebut,” tulis Ibrahim dalam risetnya, Selasa (5/12/2025).

Namun demikian, dia menilai ada kehati-hatian dari pelaku pasar karena sejumlah pejabat The Fed menyampaikan sinyal yang beragam terkait ketahanan ekonomi AS. Ketidakpastian ini membuka kemungkinan siklus pelonggaran yang lebih bertahap atau bahkan tertunda.

Pelaku pasar kini menantikan sejumlah rilis data penting, termasuk laporan ketenagakerjaan AS menjelang keputusan suku bunga The Fed. Indikator yang menjadi perhatian utama adalah rerata empat minggu ADP Employment Change serta JOLTS Job Openings untuk periode September-Oktober.

Jika data ketenagakerjaan menunjukkan pelemahan, ekspektasi penurunan suku bunga AS diperkirakan akan semakin menguat.

Dari sisi geopolitik, Ukraina dikabarkan akan mengajukan proposal perdamaian yang direvisi kepada AS, setelah pertemuan Presiden Volodymyr Zelensky dengan para pemimpin Prancis, Jerman, dan Inggris di London. 

Potensi kesepakatan tersebut dapat membuka kembali aliran minyak Rusia ke pasar global, yang pada akhirnya bisa menekan harga energi dan memengaruhi pergerakan pasar keuangan global.

Di dalam negeri, Bank Dunia menyoroti lonjakan utang luar negeri (ULN) jangka pendek Indonesia yang dinilai sempat mengguncang profil utang jangka pendek kawasan Asia Timur dan Pasifik pada 2024, era pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Dalam International Debt Report 2025, Bank Dunia mencatat kenaikan ULN jangka pendek Indonesia hingga 29,1 persen pada 2024, mencapai USD65,12 miliar atau setara Rp1.074 triliun (kurs Rp16.500 per USD). Pada 2023, nilainya tercatat USD50,45 miliar.

Lonjakan ini disebut dipicu oleh agresivitas penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebagai instrumen operasi moneter untuk menjaga stabilitas rupiah dan menarik arus modal asing.

Efek dari lonjakan utang jangka pendek itu menurut Bank Dunia turut mendorong kenaikan utang luar negeri jangka pendek kawasan Asia Timur dan Pasifik sebesar 12,7 persen menjadi USD201,7 miliar.

Hampir setengah dari arus masuk tahun 2024 adalah arus masuk utang jangka pendek ke Indonesia, yang naik menjadi USD14,3 miliar, dari rata-rata USD1,6 miliar pada 2022 dan 2023.

Secara total, ULN Indonesia pada 2024 mencapai USD421,05 miliar, terdiri dari ULN jangka panjang sebesar USD347,54 miliar dan menyumbang 31 persen terhadap pendapatan nasional bruto (GNI) yang mencapai USD1.359,44 miliar.

Berdasarkan perkembangan domestik dan eksternal tersebut, Ibrahim memproyeksikan rupiah akan bergerak fluktuatif kisaran Rp16.670-Rp16.710 per USD.

(DESI ANGRIANI)

Topik Menarik