WOOD Incar Penjualan Tumbuh 25 Persen di Tengah Dinamika Tarif AS
IDXChannel - PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) yakin perseroan memiliki daya saing yang kuat di tengah ketidakpastian kebijakan tarif AS. Perseroan mengincar penjualan pada 2025 bisa tumbuh antara 20-25 persen dari 2024 yang sebesar Rp2,79 triliun
Direktur WOOD, Wang Sutrisno mengatakan, perseroan telah menargetkan penjualan tumbuh 20 persen. Hingga kuartal I-2025, penjualan WOOD mencapai Rp774 miliar, tumbuh 21 persen secara tahunan.
"Melihat hasil di kuartal pertama, manajemen masih cukup optimistis target itu bisa tercapai, bahkan ada kemungkinan naik jadi 25 persen sampai akhir tahun," katanya dalam Risalah Paparan Publik dikutip Senin (16/6/2025).
"Tapi tetap saja target ini masih bisa berubah, tergantung hasil pengumuman soal kebijakan tarif baru yang rencananya keluar tanggal 9 Juli, karena hal itu bisa berdampak langsung ke pasar ekspor Amerika," ujarnya.
AS selama ini menjadi negara tujuan utama ekspor WOOD. Pada kuartal I-2025, ekspor ke AS mencapai USD699 juta, tumbuh 18 persen secara tahunan. Porsi penjualan ke AS mencapai 90,4 persen dari total penjualan.
Menurut Wang, sebagai eksportir besar ke AS, WOOD tidak lepas dari dampak tarif impor. Saat ini, produk perseroan masih dikenai tarif impor 10 persen. Jika tarif impor tinggi jadi diberlakukan, pesaing WOOD dari Vietnam dan Kamboja mungkin akan dikenai tarif lebih tinggi dari Indonesia.
"Walaupun situasinya belum jelas dan sulit ditebak, WOOD sejauh ini masih aman karena tidak ada penurunan pesanan yang berarti, dan terus membuka segmen baru buat menjaga laju pertumbuhan tetap stabil," kata Wang.
Pada 2023-2024, penjualan WOOD turun cukup tajam bila dibandingkan 2020-2022. Wang menilai, saat pandemi, WOOD menikmati lonjakan penjualan, terutama akibat meningkatnya segmen building component di tengah suku bunga AS yang masih rendah.
Penjualan WOOD di AS sangat dipengaruhi suku bunga. Saat suku bunga turun, sektor properti membaik dan berdampak pada penjualan building component.
"Tapi saat pasar mulai melambat pada 2022-2023, penjualannya pun ikut melemah. Dibanding furnitur, segmen ini lebih sensitif terhadap fluktuasi suku bunga KPR," ujarnya.
Pada kuartal I-2025, segmen buliding component mencatat penjualan Rp687 miliar, melesat 64 persen secara tahunan. Segmen ini menyumbang 89 persen dari total penjualan. Adapun 11 persen sisanya disumbang segmen furnitur.
Selain itu, kata dia, WOOD juga menghadapi tantangan berupa ketergantungan yang tinggi dengan pembeli besar seperti Target. Saat penjualan raksasa ritel itu turun, performa WOOD juga ikut turun.
"Untuk mengurangi risiko ini, WOOD telah mulai membangun pasar sendiri di Amerika lewat merek mereka, sekaligus memperluas basis pelanggan agar tidak terlalu bergantung pada satu atau dua nama besar," katanya.
(Rahmat Fiansyah)