Inggris dan Uni Eropa Berencana Atur Ulang Hubungan Bidang Pertahanan dan Perdagangan
IDXChannel – Inggris dan Uni Eropa berencana melakukan perubahan besar dalam hubungannya yang disebut menjadi reset paling signifikan antar kedua belah pihak sejak Brexit.
Dilansir Channel News Asia, Senin (19/5/2025), rencana perubahan itu akan dibahas dalam pertemuan penting yang digelar pada Senin waktu Brussel. Perdana Menteri Inggris Keir Starmer berharap kerja sama yang diperbarui ini akan membawa manfaat nyata bagi rakyat Inggris.
"Tantangan global saat ini membutuhkan pendekatan baru. Dunia sudah banyak berubah sejak Brexit. Kini waktunya membangun ulang hubungan yang lebih stabil dan saling menguntungkan,” kata Starmer.
Fokus utama dari rencana itu terkait dengan bidang pertahanan dan perdagangan. Inggris berharap bisa ikut serta dalam program pertahanan Uni Eropa senilai 150 miliar euro.
Kesepakatan ini akan membuka peluang baru bagi perusahaan-perusahaan pertahanan Inggris untuk bergabung dalam proyek-proyek keamanan di kawasan Eropa.
Selain itu, Inggris juga ingin mengurangi hambatan ekspor ke Uni Eropa, terutama untuk produk makanan dan pertanian. Pemeriksaan di perbatasan yang ketat sejak Brexit membuat pengusaha Inggris kesulitan mengirim barang ke Eropa.
Dalam kesepakatan baru ini nantinya istem akan dibuat lebih cepat dan efisien. Dari sisi mobilitas, wisatawan Inggris kemungkinan besar akan kembali bisa menggunakan jalur cepat (e-gates) di bandara-bandara Eropa.
Inggris juga siap membuka program mobilitas pemuda yakni visa kerja dan studi bagi anak muda. Inggris juga kemungkinan kembali bergabung dalam program pertukaran pelajar Erasmus+.
Prancis turut mengajukan permintaan agar ada kesepakatan jangka panjang mengenai hak penangkapan ikan. Sementara itu, Uni Eropa juga tengah aktif membangun hubungan dagang baru dengan berbagai negara, termasuk India, Kanada, Jepang, dan Australia.
Kesepakatan ini menjadi bagian dari upaya Inggris menata ulang peran globalnya. Sebelumnya, Inggris telah menandatangani perjanjian dagang penuh dengan India dan mendapatkan keringanan tarif dari Amerika Serikat.
(Ibnu Hariyanto)