Anindya Bakrie Sebut Indonesia Bisa Jadi Jembatan Ekonomi AS-China
IDXChannel - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai, Indonesia bisa memainkan peranan penting dalam percaturan perdagangan global di tengah ketegangan kekuatan besar dunia, AS dan China.
Ketua Umum Kadin, Anindya Bakrie menilai, Indonesia baru saja meluncurkan Sovereign Wealth Fund (SWF), Danantara Indonesia dengan aset kelolaan mencapai USD900 miliar. Dia menilai, kehadiran SWF baru ini dapat dimanfaatkan untuk co-investment antara Indonesia dan AS.
“Indonesia sebagai negara terbesar di ASEAN dan satu-satunya anggota G20 dari kawasan ini ingin memainkan peran serupa. Tujuan akhirnya adalah membawa kesejahteraan, baik bagi rakyat Indonesia maupun bagi dunia," kata Anindya lewat keterangan resmi, Sabtu (17/5/2025).
Pernyataan itu disampaikannya usai menghadiri undangan jamuan makan malam kenegaraan di Istana Lusail, Doha, Qatar, Rabu (14/05/2025) lalu. Acara tersebut turut dihadiri Presiden AS, Donald Trump dan Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani.
Dalam pertemuan itu, Anindya menyoroti pentingnya stabilitas kawasan dan peluang kerja sama ekonomi. Dia juga menyebut pertemuan tersebut membawa semangat positif dan membuka jalan bagi peningkatan kerja sama dagang dan investasi lintas kawasan.
"Saya pikir itu adalah jamuan kenegaraan yang sangat baik. Tapi yang lebih penting, semua orang pulang dengan suasana hati yang positif. Banyak pembicaraan soal perdagangan dan investasi," ujarnya.
Anindya menekankan stabilitas kawasan Timur Tengah merupakan faktor penting bagi dunia, termasuk bagi Indonesia yang akan menjadi tuan rumah pertemuan ASEAN pekan berikutnya. Dia juga mengungkapkan kunjungannya ke AS dua pekan sebelumnya memperlihatkan kesamaan keinginan dari pelaku usaha AS dan Indonesia untuk menghindari dampak negatif dari kebijakan tarif.
"Mereka (pelaku usaha AS) benar-benar ingin segera menyepakati kesepakatan karena setiap kenaikan tarif akan mendorong inflasi," katanya.
Saat ini, nilai perdagangan Indonesia-AS tercatat sekitar USD40 miliar, dengan AS sebagai mitra dagang terbesar kedua Indonesia setelah China. Dia optimistis angka ini bisa naik dua kali lipat dalam dua hingga tiga tahun ke depan.
"Kami bisa impor kedelai, gandum, kapas, daging, dan produk susu dari Amerika Serikat, dan di saat yang sama ekspor elektronik, furnitur, alas kaki, dan garmen. Selain itu, ada peluang kerja sama baru dalam hal mineral kritis," kata Anindya.
(Rahmat Fiansyah)