Laba Honda Diprediksi Turun hingga 59 Persen di 2025, Ini Penyebabnya
IDXChannel — Perusahaan otomotif Honda Motor memperkirakan laba operasionalnya turun drastis sebesar 59 persen pada tahun fiskal 2025 yang berakhir Maret 2026. Penurunan ini terjadi di tengah ketidakpastian global imbas dari kebijakan tarif Amerika Serikat (AS).
Dikutip dari Channel News Asia, Selasa (13/5/2025), Honda memproyeksikan laba operasional hanya mencapai 500 miliar yen (sekitar Rp55 triliun. Nilai ini jauh lebih rendah dibandingkan laba operasional tahun fiskal sebelumnya mencapai 1,21 triliun yen (sekitar Rp133,1 triliun).
Kondisi ini mencerminkan tantangan berat dihadapi industri otomotif ibas dari kebijakan perdagangan global dan persaingan ketat dengan produsen mobil listrik asal China.
Selain itu, Honda mengumumkan penundaan rencana pembangunan rantai pasokan kendaraan listrik (EV) di Ontario, Kanada. Penundaan tersebut diperkirakan berlangsung selama dua tahun, seiring dengan melemahnya permintaan global terhadap mobil listrik.
Honda menjelaskan penundaan itu disebabkan lambatnya permintaan EV dan ketidakpastian kebijakan tarif AS terhadap kendaraan impor.
"Kami perlu meninjau ulang waktu dan pendekatan investasi agar lebih sesuai dengan kondisi pasar global yang dinamis," ujar perwakilan Honda dalam konferensi pers.
Tarif impor yang tinggi hingga 100 persen untuk beberapa jenis kendaraan dari luar AS membuat Honda menyesuaikan strategi globalnya. Dengan demikian, kebijakan itu berisiko memperlambat ekspansi pasar dan memperbesar biaya operasional di luar negeri, termasuk untuk proyek besar seperti pengembangan rantai pasokan EV di Kanada.
Meski demikian, Honda tetap berkomitmen pada transisi menuju elektrifikasi. Namun, Honda mengakui strategi investasi akan disesuaikan dengan dinamika pasar dan kebijakan yang berlaku di negara-negara utama, seperti Amerika Serikat dan China.
(Ibnu Hariyanto)