Terus Sentuh All Time Low, Berapa Harga Wajar Saham Bukalapak (BUKA)?

Terus Sentuh All Time Low, Berapa Harga Wajar Saham Bukalapak (BUKA)?

Global | IDX Channel | Kamis, 22 Februari 2024 - 13:06
share

IDXChannel Saham emiten e-commerce PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) terus menyentuh level terendah sepanjang masa ( all-time low/ ATL).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan intraday Rabu (21/2), saham BUKA sempat menembus ATL di harga Rp158 per saham sebelum ditutup di Rp162 per saham.

Hingga penutupan sesi I, Kamis (22/2), BUKA turun 1,85 persen secara harian ke level Rp159 per saham.

Dalam sepekan, saham BUKA ambles 8,62 persen dan dalam sebulan anjlok 16,32 persen.

Sepinya katalis positif yang signifikan untuk saham BUKA belakangan ini tampaknya membuat investor melakukan aksi lego. Investor masih menantikan, seperti emiten e-commerce lainnya, raihan laba bersih BUKA ke depan.

Secara teknikal, dalam chart harian, saham BUKA mengalami tren (major trend) penurunan. Level support terdekat untuk saham BUKA berada di area 158 dan 148. Level resistance terdekat berkisar di 163 dan 170.

Sementara tidak menggunakan rasio populer price-to earnings ratio (PER) karena BUKA masih merugi, kita bisa menggunakan rasio perbandingan harga saham dengan nilai buku alias price-to book value (PBV) dan rasio harga saham dibandingkan dengan penjualan atawa price-to sales ratio (PSR/PS ratio) untuk melihat valuasi BUKA.

Rasio PS BUKA saat ini berada di angka 3,68 kali, masih terbilang mahal lantaran di atas aturan umum, yakni 1-2 kali. Juga angka tersebut masih di atas rerata industri 0,9 kali.

Sedangkan, apabila menilik nilai buku, BUKA tergolong murah lantaran memiliki PBV di bawah 1 kali, tepatnya 0,64 kali. Kas dan setara kas BUKA juga tebal (cash rich), yakni mencapai Rp19,17 triliun per 30 September 2023, di atas kapitalisasi pasar (market cap) Rp16,39 triliun.

Memang, pasar e-commerce Indonesia yang makin padat, apalagi setelah TikTok melakukan konsolidasi dengan mencaplok sebagian besar saham Tokopedia, menjadi tantangan utama untuk Bukalapak ke depan.

TikTok memiliki pangsa pasar (market share) 5 persen di Tanah Air, mulai membayangi Bukalapak (10 persen) dan juga Lazada (10 persen).

Shopee dan Tokopedia (yang berpotensi menjadi cash cow baru TikTok ke depan) masih menjadi duo raksasa e-commerce di RI, masing-masing menguasai 36 persen dan 35 persen.

Dari sejumlah riset analis teranyar, mayoritas analis optimistis terhadap prospek BUKA. Analis Macquaire, misalnya, memberikan rekomendasi beli (buy) dengan target harga Rp300 per saham dalam riset 9 Januari 2024. Nama lainnya, riset BRI Danareksa pada 18 Desember 2023, juga memberi rekomendasi buy BUKA dengan target harga Rp340 per saham.

Tanggapan atas Cecaran Bursa

Kabar terbaru, manajemen BUKA memberikan penjelasan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) mengenai dana hasil penawaran umum saham perdana (IPO) yang belum direalisasikan untuk anak usahanya, PT Buka Investasi Bersama.

Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUKA, Teddy Nuryanto Oetomo mengungkapkan dalam Keterbukaan Informasi BEI, hingga 31 Desember 2023, perseroan telah merealisasikan Rp5,56 triliun dana IPO untuk modal kerja perseroan dari rencana Rp7,03 triliun.

Modal kerja PT Buka Mitra Indonesia terserap Rp964,88 miliar dari rencana Rp3,19 triliun. Modal kerja untuk PT Buka Usaha Indonesia dari Rp3,19 triliun sudah terpakai Rp14,7 miliar, dan modal kerja untuk PT Buka Pengadaaan Indonesia dari Rp213,25 miliar terserap Rp35,61 miliar.

Sedangkan untuk modal kerja Bukalapak Pte. Ltd. sudah terserap Rp1,05 miliar dari rencana Rp213,25 miliar. Modal kerja PT Five Jack dari rencana Rp213,25 miliar, sudah terserap Rp1,25 miliar.

Pertumbuhan dan atau pengembangan usaha perseroan dan entitas anak dan modal kerja entitas anak selain disebutkan tersebut dari rencana Rp7,03 triliun, sudah terpakai Rp5,4 triliun.

Namun realisasi hasil dana IPO untuk modal kerja PT Buka Investasi Bersama hingga akhir tahun lalu belum terserap sama sekali dari rencana Rp213,25 miliar. Sehingga sisa dana IPO adalah sebesar Rp9,33 triliun dari keseluruhan dana IPO setelah dikurangi biaya penawaran umum yang dikantongi perseroan sebesar Rp21,32 triliun.

"Pada 2023, Perseroan belum merealisasikan alokasi dana hasil IPO PT Buka Investasi Bersama karena Perseroan menilai bahwa modal dan arus kas internal yang dimiliki PT Buka Investasi Bersama saat ini masih memadai untuk menunjang maupun mengembangkan kegiatan usahanya," jelas Teddy, Rabu (7/2/2024).

Dia mengatakan, sesuai dengan prospektus perseroan pada 2021, rencana penggunaan dana IPO untuk modal kerja entitas anak akan direalisasikan paling lambat 31 Desember 2025.

Terkait dengan sisa dana hasil IPO yang belum terealisasi, diakui Teddy, perseroan akan menggunakan dana tersebut secara hati-hati sehingga dapat menghasilkan keuntungan terbaik bagi para pemegang saham dan pemangku kepentingan perseroan.

"Dana tersebut akan digunakan perseroan sesuai dengan amanah yang diberikan oleh para pemegang saham untuk mendukung inisiatif peningkatan kinerja perusahaan guna mencapai laba bersih yang lebih baik di masa depan," papar Teddy.

Perseroan tercatat masih membukukan rugi bersih Rp776 miliar sampai dengan kuartal III-2023. Sementara pendapatan BUKA sebesar Rp3,3 triliun.

Menurut Teddy, terkait dengan rugi per 30 September 2023, perseroan telah dan akan terus mengambil langkah, namun tidak terbatas pada peningkatan efisiensi operasional dan pengembangan strategi pemasaran yang lebih terukur dan terencana.

"Kami juga akan memprioritaskan pengelolaan kas yang lebih hati-hati, termasuk pengawasan ketat terhadap arus kas dan pengeluaran perusahaan. Selain itu, kami akan terus memantau dan mengevaluasi kinerja keuangan secara berkala," terangnya.

Untuk strategi 2024, dipaparkan Teddy, perseroan akan terus mengkaji dan menelaah potensi yang tersedia, termasuk melalui pembelian saham dan/atau aset, maupun penyertaan saham pada satu atau lebih perusahaan, termasuk dalam rangka pengambilalihan, pendirian usaha patungan (joint venture), serta metode lainnya guna mengembangkan usaha perseroan dan entitas anak.

"Perseroan juga akan mempertimbangkan perubahan penggunaan dana IPO (apabila diperlukan) sesuai dengan kondisi usaha dan rencana bisnis Perseroan maupun masing-masing entitas anak di masa yang akan datang," imbuh Teddy. (ADF)

Disclaimer : Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Topik Menarik