Semakin Brutal, Israel 400 Kali Langgar Perjanjian Gencatan Senjata di Gaza

Semakin Brutal, Israel 400 Kali Langgar Perjanjian Gencatan Senjata di Gaza

Global | inews | Jum'at, 21 November 2025 - 07:20
share

GAZA, iNews.id - Di tengah gencatan senjata yang seharusnya memberi ruang bagi pemulihan kemanusiaan, Israel justru terus meningkatkan operasi militernya di Jalur Gaza. Serangan udara, pengerahan tank, hingga pembatasan bantuan kemanusiaan membuat kondisi warga Palestina semakin memburuk. 

Data terbaru hasil analisis media Qatar, Al Jazeera, Israel melanggar perjanjian gencatan senjata hampir 400 kali sejak diberlakukan pada 10 Oktober 2025.

Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza pada Kamis (20/11/2025) melaporkan, setidaknya 32 warga tewas dan 88 lainnya luka akibat serangan dalam 24 jam. Salah satu serangan menargetkan sebuah rumah di Bani Suheila, timur Khan Younis, menewaskan tiga orang termasuk seorang bayi perempuan.

400 Pelanggaran sejak 10 Oktober

Otoritas Gaza mencatat, sejak gencatan senjata berlaku pada 10 Oktober, Israel telah melakukan hampir 400 pelanggaran, meliputi serangan udara ke kawasan pemukiman, tembakan artileri ke beberapa distrik, penembakan langsung terhadap warga Palestina, pembatasan masuknya bantuan kemanusiaan berupa makanan, air, bahan bakar, obat-obatan, hingga tenda, yang jumlahnya bahkan tidak mencapai separuh dari yang dijanjikan.

Pelanggaran berulang ini memperburuk kondisi kemanusiaan di Gaza, yang kini menghadapi krisis makanan, obat-obatan, dan tempat tinggal akibat hancurnya infrastruktur.

Tank Israel Tembus Garis Kuning

Pelanggaran paling mencolok terjadi ketika tank-tank Israel melaju keluar dari Garis Kuning, yakni batas penarikan pasukan yang disepakati dalam perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Langkah ini membuat puluhan warga Gaza terkepung dan berada dalam ancaman langsung.

Kantor Media Pemerintah Gaza menyebut pasukan Israel telah maju sekitar 300 meter ke wilayah timur Kota Gaza, khususnya di distrik Shujayea.

“Nasib banyak keluarga belum diketahui di tengah penembakan yang menargetkan wilayah itu,” ujar pihak kantor media seperti dikutip Al Jazeera, Jumat (21/11/2025).

Aksi ini dipandang sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap kesepakatan yang mewajibkan Israel menahan diri dari operasi ofensif.

Garis Kuning, batas tak bertanda bagi posisi pasukan Israel, disepakati sebagai zona aman bagi warga setelah pasukan Israel mundur. Namun Israel kemudian memasang blok dan rambu baru lebih dalam ke wilayah Gaza tanpa penandaan penuh.

Akibatnya, banyak warga tidak mengetahui batas yang sebenarnya, bahkan tanpa sadar mendekati area yang kini dianggap Israel sebagai zona militer.

Warga menyebut situasi ini seperti “kurungan”, karena mereka dipaksa bergerak ke wilayah barat Gaza yang semakin padat dan tidak lagi aman.

Topik Menarik