Israel Tutup Perbatasan Rafah usai Tuding Hamas Ingkari Gencatan Senjata

Israel Tutup Perbatasan Rafah usai Tuding Hamas Ingkari Gencatan Senjata

Global | inews | Minggu, 19 Oktober 2025 - 15:44
share

KAIRO, iNews.id - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu akan tetap menutup perlintasan perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir hingga pemberitahuan lebih lanjut. Pembukaan kembali perlintasan tersebut akan bergantung pada penyerahan jenazah para sandera oleh Hamas.

Sebelumnya, kedua belah pihak terus saling tuding atas pelanggaran gencatan senjata.

Melansir Reuters, pernyataan Netanyahu muncul tak lama setelah Kedutaan Besar Palestina di Mesir mengumumkan bahwa perlintasan Rafah, pintu gerbang utama bagi warga Gaza untuk meninggalkan dan memasuki wilayah kantong tersebut, akan dibuka kembali pada hari Senin untuk masuk ke Gaza.

Pemerintah Netanyahu dan Hamas saling tuding atas pelanggaran gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat (AS) selama berhari-hari. Departemen Luar Negeri AS mengaku telah menerima laporan kredibel yang menunjukkan pelanggaran gencatan senjata yang akan segera terjadi oleh Hamas terhadap rakyat Gaza.

Departemen Luar Negeri menambahkan, serangan yang direncanakan terhadap warga sipil Palestina akan menjadi pelanggaran langsung dan berat terhadap perjanjian gencatan senjata.

"Jika Hamas melanjutkan serangan ini, langkah-langkah akan diambil untuk melindungi rakyat Gaza dan menjaga integritas gencatan senjata," tulis keterangan Departemen Luar Negeri dalam sebuah pernyataan.

Sementara itu, Hamas membantah tuduhan telah melanggar gencatan senjata. Hamas menuduh otoritas Israel membentuk, mempersenjatai, dan mendanai geng-geng kriminal yang melakukan pembunuhan, penculikan, dan membantu penjarahan.

Kelompok militan Palestina tersebut mengatakan bahwa pasukan polisi di Gaza sedang menjalankan tugas mereka dengan mengejar geng-geng tersebut untuk meminta pertanggungjawaban mereka.

"Gerakan ini menyerukan kepada pemerintah AS untuk berhenti mengulangi narasi menyesatkan pendudukan," kata Hamas.

Hamas juga menyebut bahwa keputusan Netanyahu merupakan pelanggaran terhadap perjanjian gencatan senjata dan penolakan terhadap komitmen yang telah dibuat kepada para mediator dan pihak penjamin.

Hamas juga menyatakan bahwa penutupan perlintasan Rafah yang berkelanjutan akan mencegah masuknya peralatan yang dibutuhkan untuk mencari dan menemukan lebih banyak jenazah sandera di bawah reruntuhan, dan dengan demikian akan menunda proses pemulihan dan penyerahan jenazah.

Sementara, Presiden AS Donald Trump akan mempertimbangkan untuk mengizinkan pasukan Israel melanjutkan pertempuran di Gaza jika Hamas gagal memenuhi kesepakatan gencatan senjata.

Topik Menarik