Trump: Membangun Gaza Lebih Mudah daripada Mendamaikan Perang
WASHINGTON, iNews.id - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyebut fase pembangunan kembali Gaza sebagai bagian termudah dari proses panjang menuju perdamaian. Setelah 2 tahun perang yang menghancurkan wilayah itu, Trump mengumumkan dimulainya rekonstruksi Gaza secara resmi, menandai babak baru bagi kawasan Timur Tengah.
“Sekarang, pembangunan kembali (Gaza) dimulai. Pembangunan kembali mungkin menjadi bagian termudah. Saya kira kita telah menyelesaikan sebagian besar bagian tersulit karena sisanya akan berjalan bersama,” ujar Trump, sepulangnya dari KTT perdamaian Gaza di Mesir.
Pernyataan Trump menggambarkan keyakinan bahwa diplomasi keras dan negosiasi panjang antara Israel dan Hamas selama 2 tahun terakhir kini berbuah hasil.
Setelah gencatan senjata disepakati, bantuan kemanusiaan mulai mengalir deras ke wilayah yang luluh lantak tersebut. Ratusan truk berisi makanan, obat-obatan, dan peralatan medis sudah memasuki Gaza, sementara tim internasional mulai menyiapkan tahap awal rekonstruksi.
Trump Klaim Masa Sulit Telah Terlewati
Dalam pandangan Trump, membangun kembali Gaza bukan hanya soal fisik, tapi juga simbol bahwa perdamaian bisa diwujudkan melalui kesepakatan politik. Dia menilai fase paling sulit justru ada pada proses diplomasi, menghentikan perang dan membangun kepercayaan di antara pihak-pihak yang selama ini saling bermusuhan.
“Ketika peluru berhenti dan pintu dialog terbuka, itulah kemenangan sebenarnya. Sekarang kita tinggal memastikan kehidupan kembali normal,” kata Trump.
Trump meluncurkan 20 poin rencana perdamaian Gaza yang mencakup gencatan senjata, pertukaran tahanan, serta komitmen rekonstruksi lintas negara. Rencana itu mendapat sambutan positif, termasuk dari Hamas yang kemudian menyetujui gencatan senjata dan membebaskan seluruh 20 tahanan hidup warga Israel. Sebagai imbalan, Israel juga membebaskan hampir 2.000 tahanan Palestina.
Optimisme Baru di Sharm El Sheikh
KTT Perdamaian Gaza di Sharm El Sheikh menjadi tonggak baru bagi diplomasi regional. Untuk pertama kali dalam beberapa tahun, negara-negara kunci di Timur Tengah duduk bersama dengan AS untuk membicarakan rekonstruksi Gaza, bukan lagi serangan militer.
Bagi banyak pihak, langkah ini juga menjadi ujian bagi kepemimpinan Trump dalam menjaga stabilitas pascaperang. Jika pembangunan Gaza benar-benar berjalan, maka klaimnya bahwa “membangun lebih mudah daripada mendamaikan perang” akan menjadi kenyataan, dan mungkin, warisan diplomatik terbesarnya di Timur Tengah.





