Demo Usung Bendera One Piece di Madagaskar Berujung Percobaan Kudeta Presiden Rajoelina
ANTANANARIVO, iNews.id - Demonstrasi kaum muda di Madagaskar yang berlangsung sebulan terakhir diwarnai percobaan kudeta terhadap Presiden Andry Rajoelina. Sekelompok tentara yang membangkan bergabung dengan para demonstran menggulingkan pemerintahan Rajoelina, Minggu (12/10/2025).
Para pemuda Madagaskar turun ke jalan menentang pemerintah sejak sebulan terakhir, termasuk mengbarkan simbol perlawanan bendera One Piece, yang dipopulerkan dalam demonstrasi di Indonesia pada Agustus lalu.
Satu unit tentara Madagaskar yang memberontak melantik seorang panglima militer baru, Jenderal Demosthene Pikulas.
Pelantikan dilakukan oleh satuan elite Pusat Administrasi Personel Angkatan Bersenjata (CAPSAT) dalam upacara di markas militer yang dihadiri Menteri Angkatan Bersenjata Manantsoa Deramasinjaka Rakotoarivelo.
"Saya memberi restu," kata Rakotoarivelo terhadap Pikulas, dalam ucapara tersebut, seperti dikutip dari Al Jazeera, Senin (13/10/2025).
Unit tentara elit CAPSAT, sebelumnya juga berperan dalam kudeta 2009 yang membawa Rajoelina berkuasa, bergabung dengan para demonstran sejak Sabtu lalu.
Sehari kemudian CAPSAT mengumumkan, seluruh perintah militer, baik darat, udara, maupun laut, berada di bawah markas CAPSAT.
Sebelumnya istana kepresidenan menuduh sekelompok pasukan yang tidak disebutkan namanya berupaya menggulingkan Rajoelina.
"Upaya perebutan kekuasaan secara ilegal dan paksa (sedang berlangsung)," bunyi pernyataan.
Sementara itu setelah pelantikannya, Pikulas mengatakan peristiwa di Madagaskar selama beberapa hari terakhir tidak bisa diprediksi.
"Jadi, tentara memiliki tanggung jawab untuk memulihkan ketenangan dan perdamaian di seluruh Madagaskar," ujarnya.
Saat ditanya mengenai seruan agar Rajoelina mengundurkan diri, dia menolak membahas politik di dalam fasilitas militer.
Personel CAPSAT mendesak tentara lainnya untuk berhenti mengikuti perintah presiden, sebaliknya mendukung pemberontakan yang dipimpin oleh pemuda.
"Jangan patuhi perintah atasan kalian. Arahkan senjata kepada mereka yang memerintah kalian untuk menembak rekan seperjuangan kalian karena mereka tidak akan mengurus keluarga kita jika kita mati," kata CAPSAT.
Perwira tinggi CAPSAT Michael Randrianirina membantah keputusan unitnya untuk memberontak dengan mendukung para demonstran sebagai upaya kudeta.
"Kami menjawab seruan rakyat, tapi ini bukan kudeta," ujarnya.

