Israel Serang Qatar, PM Al Thani: Akan Ada Respons Kolektif Negara-negara Teluk!

Israel Serang Qatar, PM Al Thani: Akan Ada Respons Kolektif Negara-negara Teluk!

Global | sindonews | Kamis, 11 September 2025 - 08:38
share

Perdana Menteri (PM) Qatar Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani mengatakan akan ada respons kolektif atas serangan Israel di Ibu Kota Qatar, Doha, pada Selasa lalu. Rezim Zionis Israel berdalih serangan dengan jet-jet tempur dan rudal itu untuk menargetkan para pemimpin Hamas.

Para pemimpin Arab ramai-ramai menyambangi Qatar untuk menyatakan solidaritas.

"Akan ada respons dari kawasan ini. Respons ini sedang dalam konsultasi dan diskusi dengan mitra lain di kawasan ini," ujar PM Al Thani kepada CNN, yang dilansir Kamis (11/9/2025). "Seluruh kawasan Teluk berada dalam risiko," katanya lagi.

Baca Juga: 15 Jet Tempur Israel Tembakkan 10 Rudal ke Qatar

"Kami mengharapkan sesuatu yang berarti yang dapat mencegah Israel melanjutkan intimidasi ini," imbuh dia, sembari menuduh PM Israel Benjamin Netanyahu telah membawa kawasan tersebut ke dalam kekacauan.

"Kami memahami bahwa semacam pertemuan regional akan diadakan di Qatar. Kami tahu bahwa negara-negara ini telah membentuk tim hukum mereka sendiri. Mereka sedang mengkaji semua jalur hukum untuk mengadili Netanyahu atas pelanggaran hukum internasional," imbuh Charles Stratford, jurnalis Al Jazeera, dalam sebuah laporan.

"Jadi ya, tekanan terhadap Israel jelas meningkat, tidak hanya dari Qatar, tetapi jelas di tingkat regional dan internasional yang lebih luas. Dan itulah yang saya pikir jelas dia coba lakukan dengan memberikan pernyataan yang sangat tegas ini kepada jaringan Amerika Serikat; CNN," lanjut dia.Militer Israel menyerang para pemimpin Hamas di Doha pada hari Selasa ketika mereka bertemu untuk membahas proposal gencatan senjata terbaru untuk Gaza yang diajukan oleh Presiden AS Donald Trump.

Setidaknya tujuh orang tewas dalam serangan itu, tetapi Hamas mengatakan para pemimpinnya selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Qatar mengatakan dua petugas keamanannya tewas dalam serangan yang telah menuai kecaman global tersebut.

Pada hari Rabu, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengutuk serangan Israel melalui panggilan telepon dengan Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani.

"Serangan-serangan ini tidak dapat diterima. Saya mengutuknya. Saya menegaskan kembali komitmen Prancis terhadap kedaulatan dan keamanan Qatar," tulisnya di X.

Serangan itu merupakan bagian dari gelombang serangan Israel yang lebih luas yang melampaui batas-batas langsungnya, dan menandai negara keenam yang diserang hanya dalam 72 jam dan ketujuh sejak awal tahun ini. Pada hari Rabu, Israel menewaskan 35 orang dalam serangan di Yaman.

Pemimpin kelompok Hizbullah Lebanon, Naim Kassem, mengatakan pada hari Rabu bahwa serangan Israel terhadap Qatar merupakan peringatan bagi negara-negara Teluk yang kaya minyak bahwa mereka tidak akan luput di masa depan jika kelompok-kelompok bersenjata di kawasan tersebut dikalahkan Israel."Kami berada di pihak Qatar yang menjadi sasaran agresi dan kami juga mendukung perlawanan Palestina," kata Kassem. Dia menambahkan bahwa serangan Israel merupakan bagian dari upayanya untuk menciptakan "Israel Raya" di sebagian besar wilayah Timur Tengah.

Konsep "Israel Raya" yang didukung oleh kaum ultranasionalis Israel dipahami merujuk pada visi ekspansionis yang mengklaim wilayah Tepi Barat yang diduduki, Gaza, sebagian Lebanon, Suriah, Mesir, dan Yordania.

Israel telah dituduh melakukan genosida di Gaza oleh berbagai kelompok hak asasi manusia, tetapi hal itu tidak menghentikan kampanye pengeboman brutalnya.

Pada hari Rabu, serangan Israel di Gaza menewaskan sedikitnya 72 orang, sehingga jumlah total warga Palestina yang tewas sejak Oktober 2023 menjadi lebih dari 64.656. Israel telah mengintensifkan serangannya untuk merebut Kota Gaza—rumah bagi lebih dari satu juta warga Palestina.

PM Al Thani juga mengatakan bahwa serangan Israel terhadap Qatar bertujuan untuk merusak "peluang perdamaian" di Gaza.

"Segala sesuatu tentang pertemuan itu sudah sangat diketahui oleh Israel dan Amerika. Itu bukan sesuatu yang kami sembunyikan," ujarnya mengenai kehadiran para pejabat Hamas di Qatar."Saya pikir apa yang dilakukan [Perdana Menteri Israel Benjamin] Netanyahu kemarin—dia telah membunuh harapan bagi para sandera [Israel] itu," katanya tentang 20 sandera yang diyakini masih hidup di Gaza.

Namun, Netanyahu tampak tenang dengan kritik dari para pemimpin dunia, termasuk Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.

Pada hari Rabu, Netanyahu mengancam akan melakukan serangan lebih lanjut terhadap Qatar. "Saya katakan kepada Qatar dan semua negara yang melindungi teroris, usir mereka atau bawa mereka ke pengadilan. Karena jika tidak, kami yang akan melakukannya," kata Netanyahu.

Israel telah membunuh banyak pemimpin militer dan politik Hamas dalam dua tahun terakhir, seperti pemimpin politik terkemuka Yahya Sinwar; komandan militer Mohammed Deif, dan kepala politik Ismail Haniyeh, yang dibunuh di Ibu Kota Iran, Teheran.

Qatar mengecam komentar "ceroboh" Netanyahu terkait Qatar yang menerima kantor Hamas. "Netanyahu sepenuhnya menyadari bahwa penerimaan kantor Hamas terjadi dalam kerangka upaya mediasi Qatar yang diminta oleh Amerika Serikat dan Israel," kata Kementerian Luar Negeri dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu."Upaya memalukan di dalamnya untuk membenarkan serangan pengecut yang menargetkan wilayah Qatar, serta ancaman eksplisit akan pelanggaran kedaulatan negara di masa mendatang," imbuh kementerian tersebut.

Ancaman Netanyahu muncul meskipun Presiden AS Donald Trump pada hari Selasa mengatakan tidak akan ada serangan lebih lanjut di wilayah Qatar.

Serangan pada hari Selasa tersebut merupakan serangan pertama yang dilakukan Israel terhadap Qatar, yang telah menjadi mediator utama dalam perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas dan menjadi tuan rumah pangkalan militer Amerika Serikat terbesar di kawasan itu, pangkalan udara Al Udeid, yang juga menampung pasukan AS.

"Saya tidak punya kata-kata untuk mengungkapkan betapa marahnya kami atas tindakan seperti itu ... kami dikhianati," imbuh PM Al Thani.

"Netanyahu perlu diadili. Dialah yang diburu Mahkamah Pidana Internasional. Dia melanggar semua hukum internasional," paparnya, merujuk pada surat perintah penangkapan terhadap PM Israel atas kejahatan perang di Gaza.

Topik Menarik