Skenario Vietnam: Jenderal Israel Sebut Rencana Netanyahu di Gaza Jebakan Maut
Mayor Jenderal Cadangan Israel Yitzhak Brik memperingatkan rencana Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menduduki kembali Kota Gaza dapat menimbulkan konsekuensi bencana. Dia menyebutnya sebagai “jebakan maut” bagi tentara dan tawanan Israel. Pernyataannya dipublikasikan pada hari Kamis (4/9/2025) di harian Israel, Maariv. Brik mengatakan selama bertahun-tahun, pemerintahan Netanyahu membiarkan pasukan darat Israel menyusut drastis.
“Netanyahu, sepanjang masa pemerintahannya, membiarkan pasukan darat dikurangi drastis, hingga sepertiga dari ukurannya dua puluh tahun yang lalu,” tulis Brik.
Dia menjelaskan, “Akibatnya, tentara Israel tidak terlatih secara memadai dan tidak dapat menang bahkan di satu sektor pun.”
Jenderal purnawirawan tersebut menggambarkan strategi yang tidak efektif, yaitu serangan dan penarikan pasukan, alih-alih kendali permanen atas wilayah tersebut.
"Metode operasi ini tidak hanya gagal mengalahkan Hamas, tetapi juga menyebabkan kerugian besar bagi IDF (Tentara Israel) dan banyak yang terluka," tulisnya.Brik juga menuduh kepemimpinan politik dan militer Israel menyesatkan publik dengan pencapaian palsu.
"Untuk membenarkan berlanjutnya perang, eselon politik dan militer mulai menyebarkan cerita dan klise palsu kepada publik, seperti: 'Kami menghancurkan lebih dari 50 terowongan di Jalur Gaza,' 'Kami menghabisi 20.000 pejuang Hamas,' dan 'Kami menghancurkan seluruh infrastruktur militer Hamas,'" ujar Brik.
Pada kenyataannya, ia berpendapat, "Kurang dari 24 terowongan hancur, dan bahkan kurang dari 10, sebagaimana yang disaksikan oleh para operator di lapangan."
Ia menambahkan, "Kurang dari 10.000 pejuang Hamas yang dihabisi, bukan 20.000," menekankan Hamas terus beroperasi sebagai pasukan gerilya.
Mengenai upaya terbaru Netanyahu untuk merebut kembali Kota Gaza, Brik mencatat Kepala Staf Eyal Zamir menentang rencana tersebut, memperingatkan kabinet bahwa itu adalah jebakan. Namun, Netanyahu tetap bersikeras pada operasi tersebut, menyatakan operasi itu akan mencabut kekuasaan Hamas.
"Ini klise besar," bantah Brik. "Hamas beroperasi dari terowongan – jaringan ratusan kilometer yang terhubung ke seluruh penjuru Jalur Gaza."
Brik memperingatkan operasi semacam itu akan menyebabkan banyak korban jiwa di pihak Israel, membahayakan nyawa para tawanan, menewaskan banyak warga sipil, dan membuat Israel semakin terisolasi.
"Mereka yang tidak menyadari keterbatasan mereka dan karena itu tidak mengatasinya akan membayar harga yang mahal, seperti yang dilakukan Amerika Serikat di Vietnam," pungkasnya.
Baca juga: Israel Luncurkan Serangan Tahap Kedua untuk Duduki Kota Gaza


