Ketika Pesawat B-47 AS Tak Sengaja Jatuhkan Bom Nuklir 3.500 Kg di Negaranya Sendiri

Ketika Pesawat B-47 AS Tak Sengaja Jatuhkan Bom Nuklir 3.500 Kg di Negaranya Sendiri

Global | sindonews | Jum'at, 29 Agustus 2025 - 09:02
share

Lebih dari enam dekade silam, Amerika Serikat (AS) hampir mengalami bencana nuklir oleh bomnya sendiri. Saat itu, pesawat pengebom B-47 Stratojet tak sengaja menjatuhkan bom nuklir Mark 15 seberat 7.600 pon atau sekitar 3.500 kilogram di South Carolina gara-gara pesawat mengalami turbulensi.

Insiden itu tepatnya terjadi pada 11 Maret 1958, di mana pesawat pengebom B-47 Stratojet sedang terbang dari Georgia ke Inggris untuk latihan.

Selama penerbangan, pesawat tersebut mengalami turbulensi, dan pada saat yang sama, seorang awak pesawat sedang memeriksa mekanisme pelepasan bom. Bom nuklir itu akhirnya terlepas dan jatuh dari pesawat, menurut laporan Super Sabre Society, yang dilansir Jumat (29/8/2025).

Baca Juga:China Tolak Ajakan AS Kurangi Senjata Nuklir, Anggap Tak Masuk Akal

Bom itu jatuh di atas Mars Bluff, South Carolina. Beruntung bom itu tidak meledak karena bagian nuklirnya tidak aktif. Namun, bom itu masih berisi bahan peledak biasa, dan bahan peledak biasa itu meledak ketika menyentuh tanah.Ledakan itu menciptakan kawah besar-sedalam 35 kaki dan lebar 75 kaki. Ledakan itu menghancurkan rumah seorang warga, Walter Gregg, dan melukai istri serta anak-anaknya.

Bom tersebut memiliki bahan peledak nuklir berkekuatan 30 kiloton, dan jika meledak, kota Florence, yang berjarak lima mil, akan hancur total.

Menurut Army Times, andai bahan peledak nuklir itu meledak, sebagian besar dari 30.000 orang yang tinggal di Florence County akan tewas atau mengalami cedera serius akibat radiasi.

Pihak militer tidak pernah secara resmi mengumumkannya. Juru bicara mereka bersikeras bahwa bom itu tidak dilengkapi bahan peledak nuklir aktif dan tidak ada bahaya ledakan nuklir.

Namun, salah satu pilot membuat panggilan darurat dengan mengatakan bahwa mereka telah membuang "kargo panas" atau bom atom. Ada tiga pilot yang bertugas saat insiden itu terjadi. Mereka, yang dilaporkan sedang dalam misi pelatihan dari Savannah dan terbang di ketinggian 15.000 kaki, ditugaskan kembali ke luar negeri selama tujuh tahun.

Ketika mereka kembali, mereka pergi menemui Walter Gregg. Putri Gregg, Helen Holladay, mengenang: “Mereka memberi tahu ayah saya bahwa semuanya ada di dalam pesawat."

“Kisahnya benar-benar berbeda dari yang diumumkan pemerintah," ujarnya. "Selama 25 tahun berikutnya, pesawat militer terbang di atas pertanian untuk memeriksa radiasi."

Tidak ada yang meninggal atau terluka parah dalam insiden di Mars Bluff. Namun, keluarga Gregg hanya membawa pakaian yang mereka kenakan.

Walter Gregg akhirnya menggugat dan mendapat kompensasi USD36.000, menurut catatan pameran di Museum Florence County. Uang itu tidak cukup untuk membangun kembali rumah, apalagi mengganti barang-barang yang hilang atau dicuri setelahnya, kata Holladay. "Ayah saya membencinya seumur hidupnya," ujarnya.

Kecelakaan di Mars Bluff bukanlah insiden yang terisolasi. Sebulan sebelumnya, sebuah pesawat pengebom AS secara tidak sengaja menjatuhkan bom hidrogen ke air di dekat Pulau Tybee, Georgia. Peristiwa ini terjadi setelah pesawat itu tersebut bertabrakan dengan sebuah jet tempur saat latihan.

Bom tersebut tidak pernah ditemukan, dan para pakar memperkirakan bahwa jika meledak, bom tersebut dapat menyebabkan ledakan nuklir 100 kali lebih kuat daripada bom Hiroshima.

Selama tahun 1950-an, terdapat sekitar selusin penjatuhan bom nuklir yang tidak direncanakan di AS dan sekitarnya, dan semua kecelakaan ini terjadi selama penerbangan latihan atau latihan rutin. Setelah itu, militer memutuskan untuk berhenti membawa bom nuklir dalam penerbangan latihan untuk mencegah kecelakaan di masa mendatang.

Topik Menarik