Miliarder John Fredriksen Tinggalkan Inggris, Sebut Dunia Barat Menuju Kehancuran
John Fredriksen, miliarder terkenal yang juga orang terkaya kesembilan di Inggris, resmi akan meninggalkan negara tersebut dan memilih tinggal di Uni Emirat Arab. Dia bergabung dengan gelombang miliarder yang memutuskan hengkang dari dunia Barat dalam beberapa bulan terakhir.
Fredriksen, miliarder kapal tanker minyak dan pelayaran Siprus kelahiran Norwegia, seperti dilaporkan Forbes, telah memberhentikan lebih dari selusin karyawan rumah tangga dan secara pribadi mendaftarkan rumah besarnya seluas 30.000 kaki persegi yang dikenal sebagai "The Old Rectory" untuk dijual.
Dalam sebuah wawancara dengan publikasi Norwegia; E24, miliarder berusia 81 tahun itu mengonfirmasi bahwa alasan kepergiannya adalah meningkatnya pajak negara terhadap penduduk kaya.
Baca Juga: Sosok Mimi Yuliana Maeloa, Cucu Miliarder Indonesia yang Beli Rumah Mewah Rp317,9 Miliar di Singapura
"Inggris telah menuju kehancuran, seperti Norwegia," katanya. "Seluruh dunia Barat sedang menuju kehancuran," katanya lagi, yang dilansir Minggu (24/8/2025).Dalam upaya untuk menghindari kemerosotan nasional yang dirasakan ini, Fredriksen mengonfirmasi bahwa dia akan pindah ke Uni Emirat Arab.
Kepergiannya merupakan bagian dari eksodus jutawan dan miliarder yang semakin meningkat dari Inggris dalam beberapa bulan terakhir.
Selama beberapa dekade, Inggris pada umumnya, dan London pada khususnya, membangun reputasi sebagai arena bermain bagi kaum ultra-kaya dunia. Hal ini sebagian dicapai dengan menawarkan struktur pajak yang menguntungkan kelompok elite ini.
Contoh utama dari hal ini adalah sistem non-domisili. Yang disebut "non-domisili" adalah seseorang yang tinggal di Inggris, tetapi mengeklaim tempat tinggal permanen mereka berada di tempat lain. Status pajak ini tidak terikat dengan kewarganegaraan atau tempat tinggal—seseorang dapat tinggal di Inggris selama bertahun-tahun dan tetap dianggap non-domisili untuk tujuan perpajakan.
Non-domisili membayar pajak Inggris hanya atas pendapatan yang bersumber dari Inggris. Pendapatan dari luar negeri bebas pajak kecuali dibawa ke Inggris. Bagi orang kaya, ini dapat berarti penghematan pajak yang besar dan legal dengan menyimpan pendapatan global di luar negeri dan mengeklaim negara dengan pajak yang lebih rendah sebagai domisili mereka.Perlakuan khusus ini mungkin menjadi salah satu alasan mengapa miliarder seperti Fredriksen, yang lahir di Norwegia dan resmi menjadi warga negara Siprus, tinggal di London.
Namun, terdapat dorongan bipartisan untuk menutup celah ini dalam beberapa tahun terakhir. Para kritikus berpendapat bahwa sistem ini menciptakan disinsentif untuk memulangkan uang ke Inggris dan menginvestasikannya dalam ekonomi lokal.
Rezim non-domisili secara efektif dihapuskan pada bulan April tahun ini, yang memicu eksodus kekayaan dari negara tersebut.
Selain Fredriksen, wakil ketua Goldman Sachs kelahiran Afrika Selatan; Richard Gnodde, dan orang terkaya di Mesir yang juga salah satu pemilik Aston Villa; Nassef Sawiris, keduanya dilaporkan telah meninggalkan negara tersebut, menurut laporan CNBC.
Taipan baja kelahiran India, Lakshmi Mittal, mungkin menjadi yang berikutnya.Pelarian modal yang sedang berlangsung telah berdampak pada pasar perumahan.
Pasar properti utama London sudah mencerminkan fakta bahwa banyak penduduk kayanya sedang bersiap untuk pindah.
Menurut Forbes, Fredriksen sedang "mengatur kunjungan diam-diam" ke rumah mewahnya yang memiliki 10 kamar tidur di Chelsea, yang dilaporkan bernilai USD337 juta dan memiliki taman pribadi terbesar ketiga di kota tersebut.
Jika terjual dengan harga itu, rumah tersebut akan menjadi salah satu rumah termahal yang dijual di Inggris. Namun, mengingat banyaknya properti utama yang saat ini terdaftar di pasar, daftar Fredriksen mungkin tidak mencapai perkiraan ini.
Jumlah rumah mewah di pasar baru-baru ini mencapai rekor tertinggi, menurut laporan LonRes. Volume transaksi telah turun 35,8 sejak Mei lalu dan diskon rata-rata untuk properti mewah mencapai 9,1.
Penurunan ini mungkin merupakan kabar buruk bagi non-domisili, tetapi ini dilihat sebagai peluang membeli "sekali dalam satu generasi" bagi warga Amerika kaya yang pindah ke Inggris untuk menghindari meningkatnya kejahatan dan ketidakpastian politik, menurut laporan Beauchamp Estates.




