Panglima Militer Pakistan: Kami Negara Nuklir, Jika Kami Hancur, Separuh Dunia Juga Hancur!

Panglima Militer Pakistan: Kami Negara Nuklir, Jika Kami Hancur, Separuh Dunia Juga Hancur!

Global | sindonews | Senin, 11 Agustus 2025 - 13:11
share

Panglima Militer Pakistan Marsekal Lapangan Asim Munir secara terbuka memperingatkan India tentang bahaya dari perang nuklir. Menurutnya, Pakistan adalah negara bersenjata nuklir, yang jika dihancurkan maka separuh dunia juga akan ikut hancur.

Peringatan penguasa militer Islamabad itu disampaikan saat berada di Amerika Serikat (AS).

"Kami adalah bangsa pemilik senjata nuklir. Jika kami merasa akan hancur, kami akan menyeret setengah dunia hancur bersama kami," katanya dalam acara makan malam di Tampa, Florida, seperti dikutip dari NDTV, Senin (11/8/2025).

Baca Juga: India Klaim Tembak Jatuh 6 Pesawat Pakistan, Puji Kecanggihan Sistem Rudal S-400 Rusia

Makan malam itu diselenggarakan oleh pengusaha Adnan Asad, yang menjabat sebagai konsul kehormatan Pakistan untuk Tampa.Panglima Militer Pakistan itu juga mengancam akan menghancurkan infrastruktur apa pun yang dibangun India di saluran air Indus—yang dapat menghambat aliran air ke Pakistan—dengan mengatakan bahwa negaranya tidak kekurangan rudal.

Munir mengklaim bahwa keputusan New Delhi untuk menangguhkan Perjanjian Perairan Indus setelah serangan teror Pahalgam pada bulan April dapat menempatkan 250 juta orang dalam risiko kelaparan.

"Kami akan menunggu India membangun bendungan, dan ketika itu terjadi, kami akan menghancurkannya dengan 10 rudal...Sungai Indus bukan milik keluarga India. Alhamdulillah, kami tidak kekurangan rudal," ujar Munir.

Munir melakukan kunjungan keduanya ke AS dalam dua bulan terakhir. Pada kunjungan sebelumnya, dia diundang untuk menghadiri jamuan makan siang di Gedung Putih bersama Presiden Donald Trump pada 18 Juni. Selama kunjungan tersebut, dia merekomendasikan nama Presiden AS sebagai penerima Hadiah Nobel Perdamaian atas upaya perdamaian yang dia klaim—sebuah usulan yang dia ulangi di acara di Florida.

Menurut laporan India, sekitar 120 anggota asal Pakistan yang berbasis di Florida menghadiri acara tersebut, di mana para peserta tidak diperbolehkan membawa ponsel atau perangkat digital lainnya. Seorang perwakilan dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF) juga dilaporkan hadir di acara tersebut.Dalam acara tersebut, Munir mendedikasikan sebagian besar pidatonya untuk konflik militer Pakistan baru-baru ini dengan India dan mempertanyakan keputusan New Delhi untuk tidak memberikan rincian spesifik kerugiannya selama perang empat hari tersebut.

"India harus menerima kekalahan mereka...Semangat sportivitas adalah sebuah kebajikan," ujarnya.

Dari catatan yang telah disiapkannya, dia membaca, "Saya pernah membuat sebuah tweet dengan Surah Al-Fil dan foto (pengusaha) Mukesh Ambani untuk menunjukkan kepada mereka apa yang akan kami lakukan lain kali."

Surah Al-Fil, juga dikenal sebagai "Gajah", adalah surah ke-105 dalam Al-Qur'an, yang menggambarkan bagaimana Allah mengirimkan burung untuk menjatuhkan batu ke gajah perang musuh dan membuat mereka menjadi "jerami bekas kunyahan".

"Kami akan mulai dari India timur, tempat mereka menemukan sumber daya paling berharga mereka, lalu bergerak ke barat," kata Munir yang dilansir ThePrint.

Analogi Kasar Mercedes vs Truk Sampah

Di tengah ancaman yang meluas terhadap India, Panglima Militer Pakistan itu secara tidak sengaja mengakui posisi Islamabad saat ini terhadap New Delhi. Dia mengibaratkan India sebagai Mercedes yang berkilau, sedangkan Pakistan sebagai truk sampah.

"India memang berkilau, sebuah Mercedes yang melaju di jalan raya bagai Ferrari, tetapi kita hanyalah truk sampah penuh kerikil. Jika truk itu menabrak mobil, siapa yang akan rugi?" katanya dalam sebuah analogi kasar.

Di tengah spekulasi bahwa panglima militer tersebut mungkin bercita-cita menjadi presiden Pakistan berikutnya, Munir juga memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mengutarakan pendapatnya tentang keterlibatan militer dalam politik Pakistan.

Dia mengatakan, “Mereka bilang perang terlalu serius untuk diserahkan kepada para jenderal, tetapi politik juga terlalu serius untuk diserahkan kepada para politisi.”

Topik Menarik