6 Dampak Pencaplokan Gaza oleh Israel, Salah Satunya Raih Kemenangan Palsu

6 Dampak Pencaplokan Gaza oleh Israel, Salah Satunya Raih Kemenangan Palsu

Global | sindonews | Sabtu, 9 Agustus 2025 - 16:34
share

Pemerintah Israel menyetujui rencana bagi militernya untuk menguasai Kota Gaza. Itu menjadi sebuah langkah yang menandai eskalasi signifikan dalam perang hampir dua tahun dengan Hamas.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan operasi tersebut bertujuan untuk "mengalahkan" Hamas, mengamankan perbatasan Israel, dan membuka jalan bagi pemerintahan alternatif Palestina yang bukan Hamas maupun Otoritas Palestina. Rencana tersebut muncul di tengah upaya baru Mesir dan Qatar untuk menengahi kesepakatan yang akan mengakhiri perang dan membebaskan para sandera yang tersisa.

Pengumuman tersebut menuai kritik tajam di dalam dan luar negeri. Hamas telah mencapnya sebagai "kejahatan perang baru", sementara negara-negara termasuk Inggris, Jerman, Tiongkok, dan Turki telah menyatakan keprihatinan tentang dampak kemanusiaan yang ditimbulkan.

Kanselir Jerman Friedrich Merz bahkan telah menghentikan ekspor militer ke Israel terkait rencana tersebut. Para kritikus khawatir serangan tersebut akan memperburuk kondisi kelaparan di Gaza, membahayakan para sandera yang tersisa, dan semakin membebani militer Israel, sementara para pendukung melihatnya sebagai langkah tegas untuk membongkar kendali Hamas.

6 Dampak Pencaplokan Gaza oleh Israel, Salah Satunya Raih Kemenangan Palsu

1. Israel Membangu Perimeter Keamanan

Berdasarkan rencana yang disetujui oleh kabinet keamanan Israel, militer akan bergerak untuk mengambil alih Kota Gaza sambil mendistribusikan bantuan kemanusiaan di luar zona pertempuran.

Melansir Gulf News, Netanyahu mengatakan Israel tidak berniat untuk memerintah Gaza dalam jangka panjang, tetapi ingin membangun "perimeter keamanan" sebelum menyerahkan kendali kepada pasukan Arab. Rencana tersebut juga mencakup demiliterisasi Gaza dan pembentukan pemerintahan sipil Palestina alternatif yang bukan Hamas maupun Otoritas Palestina.Baca Juga: Panglima Militer Israel Marah Rencana Netanyahu Caplok Gaza

2. Membangun Kemenangan Palsu

Kota Gaza adalah salah satu wilayah utama terakhir di Jalur Gaza yang tidak sepenuhnya berada di bawah kendali Israel. Merebutnya akan memberi Israel kemenangan simbolis yang palsu dan strategis melawan Hamas, yang telah memanfaatkan lingkungan perkotaan yang padat untuk berkumpul kembali setelah serangan sebelumnya.

Namun, kota ini juga merupakan rumah bagi populasi sipil yang besar, yang berarti setiap serangan besar dapat menyebabkan pengungsian besar-besaran dan korban sipil.

3. Memperburuk Kondisi Kelaparan di Gaza

PBB telah memperingatkan bahwa Gaza berada di ambang kelaparan, dengan pasokan makanan yang sangat rendah dan pengiriman bantuan yang sangat dibatasi. Serangan skala besar di Kota Gaza dapat memblokir rute bantuan utama dan memperburuk kondisi warga sipil yang sudah sangat membutuhkan.

WHO mengatakan setidaknya 99 orang telah meninggal karena kekurangan gizi tahun ini.

PBB memperkirakan bahwa 600 truk bantuan dibutuhkan setiap hari, tetapi hanya sekitar 70–80 yang tiba karena keterlambatan inspeksi Israel.

Badan-badan bantuan memperingatkan bahwa pertempuran di dalam dan sekitar kota tersebut dapat menyebabkan ribuan orang lainnya kelaparan.

4. Nasib Sandera Israel Makin Tak Jelas

Serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 menewaskan 1.219 orang di Israel dan menyandera 251 orang. Saat ini, 49 orang masih berada di Gaza, 27 di antaranya diyakini Israel telah tewas. Keluarga para sandera khawatir bahwa serangan militer ke Kota Gaza akan membahayakan nyawa mereka yang masih ditawan di sana, karena beberapa mungkin berada di dalam atau di dekat zona pertempuran. Mediator dari Mesir dan Qatar mendorong kesepakatan "semua atau tidak sama sekali" untuk membebaskan semua sandera — hidup atau mati — dengan imbalan gencatan senjata dan penarikan pasukan Israel.

5. Reputasi Diplomatik Israel Hancur

Di Israel, pemimpin oposisi Yair Lapid menyebut rencana tersebut sebagai "bencana" yang akan menelan korban jiwa, menguras sumber daya, dan merusak reputasi diplomatik Israel. Forum Keluarga Sandera dan Hilang menuduh pemerintah "menelan" para sandera. Di tingkat internasional, bahkan sekutu telah menyuarakan ketidaksetujuan:

Jerman telah menangguhkan ekspor militer ke Israel karena kekhawatiran tentang operasi Kota Gaza.

Inggris, China, Turki, dan kepala hak asasi manusia PBB semuanya telah mendesak Israel untuk mempertimbangkan kembali.

Negara-negara Teluk Arab mendukung upaya mediasi untuk menghindari pendudukan kembali penuh atas Gaza.

6. Israel Membutuhkan Ribuan Pasukan

Waktu operasi darat besar-besaran masih belum pasti. Memobilisasi ribuan pasukan dan mengevakuasi warga sipil dapat memakan waktu, dan langkah ini berisiko membebani militer Israel, yang sudah aktif di beberapa front.

Netanyahu telah mengatakan Israel tidak ingin tetap berada di Gaza, tetapi tanpa pemerintahan penerus yang jelas, pertanyaan tentang siapa yang akan memerintah setelah pengambilalihan penuh oleh Israel masih belum terjawab.

Topik Menarik