Eskalasi Perang Besar, Militer Israel akan Duduki Kota Gaza, Inggris Murka
Kabinet keamanan Israel telah menyetujui rencana Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu untuk pendudukan militer atas Kota Gaza. Wilayah itu terletak di utara daerah kantong Palestina tersebut.
“(Militer Israel) akan bersiap untuk menguasai Kota Gaza sambil memberikan bantuan kemanusiaan kepada penduduk sipil di luar zona pertempuran,” ungkap kantor Netanyahu dalam pernyataan pada Jumat pagi (8/8/2025) yang mengumumkan rencana pengambilalihan tersebut.
Dua sumber pemerintah Israel mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa setiap resolusi oleh kabinet keamanan kini perlu disetujui kabinet penuh pemerintah, yang mungkin baru akan bersidang pada hari Minggu.
Pendudukan Kota Gaza menandai eskalasi besar Israel dalam perangnya di wilayah Palestina. Aksi itu akan mengakibatkan pengungsian paksa puluhan ribu penduduk yang kelelahan dan kelaparan yang mengalami kondisi kelaparan karena Israel terus memblokir bantuan kemanusiaan untuk memasuki wilayah tersebut.
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengatakan rencana Israel untuk meningkatkan serangan di Gaza adalah “salah”."Tindakan ini tidak akan mengakhiri konflik ini atau membantu mengamankan pembebasan para sandera. Tindakan ini hanya akan membawa lebih banyak pertumpahan darah," ujar Starmer.
Reporter berita Axios, Barak Ravid, yang pertama kali melaporkan persetujuan kabinet keamanan atas rencana tersebut, mengutip seorang pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan operasi tersebut akan melibatkan pemindahan paksa "semua warga sipil Palestina dari Kota Gaza ke kamp-kamp pusat dan wilayah lainnya pada 7 Oktober".
"Pengepungan akan diberlakukan terhadap militan Hamas yang masih berada di Kota Gaza, dan pada saat yang sama, serangan darat akan dilancarkan di Kota Gaza," tulis Ravid di X, mengutip pejabat tersebut.
Pada hari Kamis, menjelang rapat kabinet keamanan, Netanyahu mengatakan Israel akan "mengambil alih kendali seluruh Gaza".
Dalam wawancara televisi dengan outlet AS, Fox News, Netanyahu juga mengatakan Israel tidak ingin menjadi "badan pemerintahan" di Gaza dan akan menyerahkan tanggung jawab kepada pihak ketiga yang tidak disebutkan namanya. "Kami tidak ingin mempertahankannya. Kami ingin memiliki perimeter keamanan. Kami tidak ingin mengaturnya," ujar PM Israel yang didakwa melakukan kejahatan perang di Gaza itu.
Komentar Netanyahu menyusul laporan di media Israel awal pekan ini bahwa pemimpin Israel itu akan segera mengumumkan rencana menduduki seluruh Jalur Gaza.
Pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, mengatakan, “Keputusan itu merupakan bencana yang akan menyebabkan lebih banyak bencana lagi."
“Rencana itu akan memakan waktu berbulan-bulan, menyebabkan kematian para sandera, terbunuhnya banyak tentara, merugikan puluhan miliar pembayar pajak Israel, dan menyebabkan keruntuhan politik," tulis dia dalam unggahan di X.
Dia memperingatkan, "Inilah yang diinginkan Hamas: Israel terjebak di medan perang tanpa tujuan, tanpa menentukan gambaran hari esok, dalam pendudukan sia-sia yang tak seorang pun mengerti ke mana arahnya."Shihab Rattansi, koresponden Al Jazeera di Washington, DC, mengatakan langkah Israel untuk menduduki Gaza telah "diberitakan selama beberapa hari ini".
"Donald Trump hampir menyetujui apa pun yang ingin dilakukan Benjamin Netanyahu. Dia mengatakan itu terserah Israel," ujar Rattansi.
Tidak jelas berapa banyak orang yang masih tinggal di Kota Gaza, yang merupakan pusat populasi terbesar di enklave tersebut sebelum perang Israel di wilayah yang kini telah menewaskan lebih dari 61.000 warga Palestina sejak Oktober 2023.
Ratusan ribu orang meninggalkan Kota Gaza berdasarkan perintah evakuasi paksa yang dikeluarkan militer Israel pada minggu-minggu awal perang, tetapi banyak yang kembali selama gencatan senjata singkat di awal tahun ini.
Operasi darat besar-besaran di Kota Gaza dapat menyebabkan ribuan orang mengungsi dan semakin mengganggu upaya pengiriman makanan ke wilayah yang dilanda kelaparan tersebut, di mana hampir 200 orang kini telah meninggal karena kelaparan dan malnutrisi."Tidak ada lagi yang tersisa untuk ditempati," ungkap warga Gaza, Maysaa al-Heila, saat mendengar rencana pengambilalihan kota tersebut.
"Tidak ada Gaza yang tersisa," papar al-Heila kepada kantor berita The Associated Press.
Baca juga: Hamas: Kesepakatan Gencatan Senjata dengan Israel Hampir Tercapai, Runtuh Akibat Keputusan Netanyahu




