Thailand Tuduh Kamboja Kerahkan Rudal Jarak Jauh Buatan China
Militer Thailand menuduh Kamboja telah mengerahkan rudal jarak jauh PHL-03 buatan China ke dekat perbatasan setelah perang sengit yang menewaskan banyak warga sipil. Bangkok berjanji untuk menargetkan sistem rudal Phnom Penh yang mengancam keamanan Thailand.
Meskipun mengeklaim memperoleh kemajuan di medan perang pada hari Sabtu, para pejabat tinggi militer Thailand meningkatkan kewaspadaan atas meningkatnya ancaman dari Kamboja.
Mayor Jenderal Wanchana Sawasdee, Direktur Koordinasi Misi Keamanan di Komando Operasi Keamanan Dalam Negeri, memperingatkan bahwa Kamboja telah memindahkan peluncur rudal PHL-03 buatan China ke dekat perbatasan Thailand yang berbahaya. Sebagai tanggapan, Thailand menegaskan: jika sistem tersebut mengancam warga sipil, sistem tersebut akan disingkirkan.
Baca Juga: Perang Thailand-Kamboja: Sekutu AS Bersenjata Kuat vs Musuh Lemah Tapi Didukung China
Permusuhan militer antara Thailand dan Kamboja telah meningkat drastis menyusul serangan lintas batas yang mematikan dan meningkatnya kekhawatiran atas pengerahan rudal. Pada hari Kamis, Kamboja meluncurkan salvo roket dan rudal ke wilayah Thailand, menghantam wilayah sipil dan menewaskan 13 orang. Beberapa lainnya terluka. Di antara target tersebut adalah rumah sakit, sekolah, dan stasiun pengisian bahan bakar di provinsi-provinsi dekat perbatasan.
"Pergerakan PHL-03 merupakan ancaman yang jelas," ujar Sawasdee, seperti dikutip Thai Examiner, Minggu (27/7/2025).
"Jika Thailand menggunakan penghancuran yang mendalam, hal itu dibenarkan dan proporsional," imbuh dia.
PHL-03 adalah sistem rudal peluncur ganda China yang sangat mumpuni. Sistem ini menembakkan dua belas misil 300 mm dari kendaraan roda 8x8 yang dapat dipindahkan.Rudal-rudal tersebut memiliki jangkauan maksimum 130 kilometer, yang menempatkan sembilan provinsi di Thailand dalam jangkauan langsung dari posisi peluncuran Kamboja.
Provinsi-provinsi tersebut meliputi Ubon Ratchathani, Si Sa Ket, Surin, Buriram, Nakhon Ratchasima, Sa Kaeo, Chachoengsao, Chanthaburi, dan Trat.Khususnya, jika ditembakkan secara bersamaan, salvo penuh PHL-03 dapat mencakup lahan seluas 420 rai—sekitar 670.000 meter persegi. Luasnya hampir sama dengan delapan lapangan sepak bola.
Hulu ledak yang digunakan bervariasi jenisnya. Amunisi tanpa pemandu termasuk hulu ledak klaster BRC3 dan BRC4. Varian berdaya ledak tinggi, seperti BTE2, juga tersedia. Selain itu, sistem ini dapat menembakkan roket berpemandu presisi seperti BRE3 atau FD140A.
Para analis Thailand memperingatkan bahwa PHL-03 bukan sekadar senjata taktis. PHL-03 merupakan aset strategis yang dapat mengubah keseimbangan militer di kawasan tersebut. Mobilitasnya yang cepat—dengan kecepatan 60 km/jam dan jangkauan 650 km—membuatnya sulit dilacak dan dihancurkan setelah dikerahkan.
Sementara itu, Komando Wilayah Angkatan Darat Kedua Thailand telah mengaktifkan Rencana Pertahanan Wilayah Belakang. Pasukan di sepanjang perbatasan timur telah disiagakan dengan siaga tinggi. Laporan intelijen mengonfirmasi bahwa Kamboja telah memusatkan unit militer di sepanjang perbatasan dan memindahkan persenjataan berat.
Sebagai tindakan pencegahan, militer Thailand telah mengimbau warga sipil di daerah berisiko tinggi untuk tetap waspada dan mengikuti perkembangan resmi. Meskipun mereka mengimbau masyarakat untuk tidak panik, para pejabat mengakui bahwa ancaman rudal tersebut sangat nyata. "Ini bukan latihan militer," kata seorang perwira Thailand. "Kita berhadapan dengan sistem senjata yang kredibel, mobile, dan destruktif," paparnya.
Thailand juga telah meluncurkan operasi udara secara terbatas terhadap Kamboja. Menurut Sawasdee, serangan Thailand difokuskan secara ketat pada infrastruktur militer Kamboja.
"Kami tidak menggunakan kekuatan yang berlebihan," katanya. "Target kami tepat dan murni militer."
Sementara itu, para pejabat Kamboja dengan tegas membantah tuduhan pengerahan rudal jarak jauh. "Kamboja tidak perlu menggunakan PHL-03," ujar Letnan Jenderal Mali Socheata, juru bicara Pasukan Pertahanan Kamboja.
"Klaim itu salah dan bertujuan menyesatkan publik," imbuh dia. Dia bersikeras bahwa tidak ada senjata jarak jauh yang dikerahkan di dekat perbatasan.
