3 Alasan Israel Ingin Bunuh Presiden Iran Masoud Pezeshkian

3 Alasan Israel Ingin Bunuh Presiden Iran Masoud Pezeshkian

Global | sindonews | Minggu, 20 Juli 2025 - 04:40
share

Presiden Iran Masoud Pezeshkian menderita luka ringan dalam serangan udara Israel terhadap pertemuan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi di Teheran pada 15 Juni.

Upaya pembunuhan tersebut menargetkan kepala tiga cabang pemerintahan dalam upaya untuk menggulingkannya, kata pejabat tersebut, yang berbicara dengan syarat anonim.

"Upaya ini tidak akan berhasil tanpa Israel membayar harganya," ujarnya kepada Al Jazeera.

3 Alasan Israel Ingin Bunuh Presiden Iran Masoud Pezeshkian

1. Memutus Mata Rantai Koordinasi Perang 12 Hari

Serangan itu dilakukan sesaat sebelum tengah hari dalam sebuah pertemuan yang dihadiri oleh para kepala cabang eksekutif, legislatif, dan yudikatif pemerintah beserta pejabat senior lainnya. Itu menunjukkan Israel ingin memutus mata rantai kepemimpinan Iran dalam perang 12 hari.

Kantor berita semi-resmi Fars juga melaporkan detail baru tentang upaya pembunuhan selama perang 12 hari Israel dengan Iran, yang pertama kali diumumkan oleh presiden Iran dalam sebuah wawancara yang dirilis pada hari Senin.

Sidang tersebut berlangsung di lantai bawah sebuah fasilitas pemerintah di Teheran barat ketika serangan dimulai, Fars melaporkan. Pintu masuk dan keluar gedung dihantam oleh enam rudal untuk memblokir rute pelarian dan memutus aliran udara.Listrik diputus setelah ledakan, tetapi para pejabat Iran berhasil melarikan diri melalui pintu darurat yang telah ditentukan, termasuk presiden, yang dilaporkan mengalami cedera kaki ringan saat evakuasi.

Kantor berita tersebut mengatakan pihak berwenang meluncurkan penyelidikan atas kemungkinan keberadaan mata-mata Israel mengingat akurasi intelijen yang dimiliki "musuh".

Baca Juga: 5 Presiden Terkaya di Dunia, Nomor 1 Punya Kekayaan Senilai RpRp3.260 Triliun

2. Zionis Selalu Mencoba Membunuh, tapi Selalu Gagal

Minggu lalu, Pezeshkian mengatakan dalam sebuah wawancara dengan tokoh media AS Tucker Carlson bahwa Israel berusaha membunuhnya. “Mereka memang mencoba, ya … tetapi mereka gagal,” katanya.

“Bukan Amerika Serikat yang berada di balik upaya pembunuhan terhadap saya. Melainkan Israel. Saya sedang berada di sebuah pertemuan… Mereka mencoba membombardir area tempat kami mengadakan pertemuan itu.”

Komentar tersebut muncul kurang dari sebulan setelah Israel melancarkan kampanye pengeboman yang belum pernah terjadi sebelumnya pada 13 Juni terhadap Iran, yang menewaskan para komandan militer dan ilmuwan nuklir.Serangan Israel terjadi dua hari sebelum Teheran dan Washington dijadwalkan bertemu untuk putaran baru perundingan nuklir, yang menghambat negosiasi yang bertujuan mencapai kesepakatan mengenai program atom Iran.

Setidaknya 1.060 orang tewas di Iran selama konflik tersebut, menurut Yayasan Martir dan Urusan Veteran Iran.

Serangan Israel memicu gelombang serangan balasan dengan drone dan rudal, menewaskan 28 orang di Israel, menurut pihak berwenang.

Iran menargetkan markas militer dan intelijen Israel dengan rudal balistik dan drone sebelum AS menengahi gencatan senjata.

3. Masuk Lingkaran Kekuasaan Khamenei

"Saya membayangkan pemimpin tertinggi saat ini tidak bisa tidur dan khawatir apakah dia akan hidup atau tidak," ujar Holly Dagres, pakar regional dan peneliti senior di lembaga pemikir Washington Institute di Washington, D.C., kepada CBS News.

Serangan Israel yang terus berlanjut telah menewaskan beberapa jenderal tinggi Iran dan penasihat keamanan bagi ayatollah tersebut, memberikan pukulan telak bagi lingkaran dalamnya, yang menurut kantor berita Reuters, hanya terdiri dari 15 hingga 20 loyalis tepercaya. Korban tewas termasuk Panglima Tertinggi Garda Revolusi Iran, Hossein Salami, Kepala Program Rudal Balistik Iran, Amir Ali Hajizadeh, dan Kepala Intelijen Mohammad Kazemi.Militer Israel membanggakan telah membunuh orang yang ditunjuk untuk menggantikan Kepala Staf Militer Iran, hanya empat hari setelah mereka membunuh pendahulunya dalam serangan pertama.

"Kami telah melenyapkan Ali Shadmani, Kepala Staf Perang, komandan militer paling senior rezim Iran," kata juru bicara militer Israel, Brigadir Jenderal Effie Defrin, pada hari Selasa. "Ia dilenyapkan di markas rezim Iran di jantung kota Teheran.

Shadmani adalah Kepala Staf Angkatan Bersenjata rezim Iran dan orang yang paling dekat dengan pemimpin Iran, Khamenei. Ia ditunjuk untuk menggantikan Kepala Staf sebelumnya, yang juga kami gagalkan dalam serangan pembuka operasi. Ia hanya berhasil mengisi posisi tersebut selama 4 hari."

Namun, bahkan jika Israel membunuh Ayatollah Khamenei itu sendiri, Dagres mengatakan rezim ulama Iran memiliki proses yang mapan untuk menjaga stabilitas pemerintahan.

Topik Menarik