Abu Ubaidah: Israel Tolak Kesepakatan Gencatan Senjata untuk Bebaskan Semua Tawanan di Gaza
Juru bicara sayap militer Hamas Abu Ubaidah mengatakan Israel menolak perjanjian gencatan senjata yang akan membebaskan semua tawanan di Gaza. Dia berjanji Hamas siap perang yang panjang jika tidak ada kesepakatan.
Abu Ubaidah, juru bicara lama Brigade Qassam, mengatakan dalam rekaman video berdurasi hampir 20 menit yang dirilis pada hari Jumat (18/7/2025) bahwa kelompok itu dalam beberapa bulan terakhir telah menawarkan "kesepakatan komprehensif" yang akan membebaskan semua tawanan sekaligus – tetapi ditolak oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan para menteri sayap kanannya.
"Jelas bagi kami bahwa pemerintahan Netanyahu yang kriminal tidak memiliki kepentingan nyata terhadap para tawanan karena mereka adalah tentara," ujar dia.
Dia menambahkan Hamas mendukung kesepakatan yang menjamin berakhirnya perang, penarikan pasukan Israel, dan masuknya bantuan kemanusiaan bagi warga Palestina yang terkepung.
“Jika Israel menarik diri dari putaran perundingan tidak langsung yang diadakan di Qatar ini, Hamas tidak menjamin kembalinya kesepakatan parsial apa pun, termasuk kesepakatan 60 hari yang saat ini sedang dibahas yang akan membebaskan 10 tawanan,” papar dia.Hamas masih menahan 50 orang di Gaza, sekitar 20 di antaranya diyakini masih hidup.
Dalam pesan video pertamanya sejak awal Maret, Abu Ubaidah juga mengatakan para pejuang Hamas "siap melanjutkan pertempuran atrisi yang panjang" dan akan terus melakukan penyergapan di seluruh Gaza dengan tujuan membunuh atau menangkap tentara Israel yang menyerbu.
Ia juga mengecam para pemimpin negara-negara Arab dan Islam atas ketidakpedulian mereka dalam menghadapi "genosida" yang dilakukan Israel, dengan mengatakan, "Leher kalian terbebani oleh darah puluhan ribu orang tak berdosa yang dikhianati oleh kebisuan kalian."
Komentar tersebut muncul ketika perundingan di Doha belum membuahkan hasil apa pun karena Israel bersikeras mempertahankan dan memperluas kendali militer atas Gaza, termasuk Koridor Morag dan Koridor Magen Oz baru yang masing-masing memisahkan Rafah dan Khan Younis di selatan dari wilayah kantong lainnya.
Selagi tentara terus memblokir bantuan kemanusiaan kepada penduduk yang terkepung dan membunuh warga Palestina yang kelaparan di lokasi-lokasi yang dikelola oleh GHF yang kontroversial, Israel juga melanjutkan rencana membangun kamp konsentrasi di atas reruntuhan Rafah meskipun mendapat kritik internasional.Sebanyak 41 warga Palestina tewas oleh pasukan Israel pada hari Jumat, sumber-sumber medis mengonfirmasi kepada Al Jazeera.
Data terbaru dari Kementerian Kesehatan Gaza menunjukkan lebih dari 58.667 warga Palestina telah tewas dan 139.974 lainnya terluka sejak dimulainya perang pada Oktober 2023, termasuk 7.843 tewas dan 27.993 terluka sejak Israel melanggar gencatan senjata terakhir pada bulan Maret.
Kementerian tersebut menambahkan jumlah orang yang kelaparan dari segala usia, termasuk anak-anak, yang “belum pernah terjadi sebelumnya”, berdatangan ke unit gawat darurat di beberapa rumah sakit yang masih beroperasi sebagian di Gaza dalam kondisi kelelahan dan keletihan yang ekstrem.
Baca juga: Hamas Sebut Israel Jalankan Kebijakan Kelaparan Massal di Gaza, 17.000 Anak Malnutrisi Parah










