Dua Ilmuwan China Terlibat Bio-Smuggling, Universitas Michigan Jadi Sorotan
Universitas Michigan (UM) berada dalam sorotan otoritas federal Amerika Serikat (AS) setelah dua ilmuwan asal China yang terafiliasi dengan kampus tersebut didakwa secara terpisah karena menyelundupkan bahan biologis ke Negeri Paman Sam.
Departemen Pendidikan AS pada Selasa, 15 Juli 2025, membuka penyelidikan atas pendanaan asing yang diterima universitas tersebut, dengan mengutip dua kasus yang diumumkan selisih beberapa hari pada Juni lalu.
Mengutip dari South China Morning Post, Jumat (18/7/2025), pihak departemen menyebut dakwaan pidana tersebut sebagai hal yang “sangat mengkhawatirkan” dan menimbulkan kekhawatiran mengenai kerentanan Universitas Michigan terhadap ancaman keamanan nasional dari China.
Baca Juga: Jamur Berbahaya dari China Picu Alarm Terorisme Pertanian di AS
“Terlepas dari sejarah Universitas Michigan yang kerap meremehkan kerentanannya terhadap pengaruh asing yang merugikan, laporan terbaru menunjukkan bahwa laboratorium penelitian UM masih rentan terhadap sabotase,” ujar Paul Moore, kepala penasihat investigasi Departemen Pendidikan AS.Presiden AS Donald Trump menjadikan transparansi terkait hadiah dan kontrak asing ke universitas-universitas sebagai prioritas, khususnya yang berkaitan dengan China. Penyelidikan serupa juga telah dibuka di Harvard University, University of Pennsylvania, dan University of California, Berkeley.
Langkah ini sejalan dengan dorongan Partai Republik di Kongres, yang meminta universitas-universitas di AS memutus hubungan penelitian dengan China, dengan alasan bahwa China mengeksploitasi kerja sama tersebut untuk mencuri teknologi. Universitas Michigan sendiri mengakhiri kemitraannya dengan sebuah universitas di Shanghai pada Januari lalu setelah mendapat tekanan dari anggota DPR AS yang menyebut kerja sama itu sebagai risiko keamanan.
Penyelundupan Jamur Beracun
Penyelidikan terbaru ini meminta Universitas Michigan menyerahkan catatan keuangan serta informasi seputar kolaborasi riset dengan institusi luar negeri. Departemen Pendidikan menuduh kampus tersebut menyampaikan laporan yang “tidak lengkap, tidak akurat, dan tidak tepat waktu” mengenai pendanaan dari sumber luar negeri.Pada Juni lalu, otoritas federal mendakwa seorang ilmuwan China dan kekasihnya—yang bekerja di laboratorium Universitas Michigan—setelah FBI menggagalkan upaya mereka menyelundupkan jamur beracun ke AS.
Beberapa hari setelahnya, seorang ilmuwan China lainnya ditangkap saat baru tiba di AS. Dia dituduh mengirimkan bahan biologis ke laboratorium Universitas Michigan.Menanggapi kasus tersebut, pihak Universitas Michigan menyatakan kecaman terhadap tindakan apa pun yang membahayakan keamanan nasional dan mengumumkan peninjauan ulang terhadap protokol keamanan riset.
Namun dalam surat resminya kepada pihak universitas, Departemen Pendidikan menilai bahwa sejumlah pejabat kampus justru meremehkan kerentanan kerja sama riset dengan institusi di China. Salah satu yang disorot adalah Ann Chih Lin, Direktur Pusat Studi China di universitas tersebut, yang secara terbuka menyatakan bahwa ancaman pencurian teknologi dari China “dilebih-lebihkan.”
“Sikap Lin yang terkesan acuh terhadap kekhawatiran keamanan nasional dari pemberi dana terbesar riset tahunan UM—yaitu pembayar pajak Amerika—sangat mengganggu,” tulis pejabat Departemen Pendidikan.
Mahasiswa China di AS
Berdasarkan hukum federal, universitas di AS wajib melaporkan semua hadiah dan kontrak dari pihak asing yang nilainya mencapai USD250.000 atau lebih. Ketentuan ini sebelumnya jarang ditegakkan hingga masa jabatan pertama Presiden Trump, ketika Departemen Pendidikan membuka belasan penyelidikan atas dugaan pelaporan yang tidak sesuai.Meski sebagian besar kasus ditutup pada era pemerintahan Presiden Joe Biden, penyelidikan mulai digiatkan kembali dalam beberapa waktu terakhir.Banyak universitas di AS mengakui perlunya peningkatan keamanan riset, namun juga mengingatkan agar tidak memperlakukan para ilmuwan China dengan curiga atau permusuhan, mengingat hanya sebagian kecil yang benar-benar terlibat dalam spionase.
Tahun lalu, laporan dari Partai Republik di DPR AS menemukan bahwa ratusan juta dolar dana federal justru mendukung riset yang pada akhirnya berkontribusi pada kemajuan China di bidang kecerdasan buatan, teknologi semikonduktor, hingga senjata nuklir.
China merupakan negara asal terbesar kedua untuk mahasiswa asing di AS, setelah India. Pada tahun akademik 2023–2024, lebih dari 270.000 mahasiswa internasional berasal dari China, setara seperempat dari total mahasiswa asing di Amerika Serikat.

