Israel Serang Gereja Satu-satunya di Gaza, Netanyahu Berdalih Pelurunya Nyasar

Israel Serang Gereja Satu-satunya di Gaza, Netanyahu Berdalih Pelurunya Nyasar

Global | sindonews | Jum'at, 18 Juli 2025 - 11:19
share

Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu menyatakan penyesalannya setelah tembakan tank Israel menewaskan tiga orang di Gereja Keluarga Kudus, gereja Katolik satu-satunya di Jalur Gaza, Palestina, pada hari Kamis. Dia berdalih "peluru nyasar" menjadi penyebab kematian tersebut.

Penyesalan Netanyahu disampaikan dalam panggilan telepon dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Patriarkat Latin Yerusalem mengatakan 10 orang lainnya juga terluka dalam serangan tank Israel terhadap Gereja Keluarga Kudus di Kota Gaza, termasuk pastor paroki; Pastor Gabriel Romanelli.

Baca Juga: Arab Saudi Kecam Serangan Mematikan Israel di Gereja Keluarga Kudus Gaza

Para saksi mata dan Patriark Latin mengatakan sebuah granat tank menghantam langsung gereja sekitar pukul 10.30 pagi, tetapi militer Israel kemudian mengatakan: "Penyelidikan awal menunjukkan bahwa pecahan-pecahan granat menghantam gereja secara tidak sengaja."

Pemimpin Vatikan Paus Leo XIV mengatakan dia sangat berduka atas hilangnya nyawa di Gereja Keluarga Kudus, yang selalu dihubungi oleh mendiang Paus Fransiskus selama perang antara Israel dan Hamas.

Militer Israel mengeklaim telah melakukan segala upaya yang memungkinkan untuk mengurangi kerugian bagi warga sipil dan bangunan keagamaan, sementara Netanyahu menjanjikan penyelidikan."Israel sangat menyesalkan sebuah amunisi nyasar yang mengenai Gereja Keluarga Kudus di Gaza. Setiap nyawa tak berdosa yang hilang adalah sebuah tragedi," kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan.

Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan Trump telah menghubungi Netanyahu setelah tidak mendapatkan reaksi positif terhadap berita serangan tersebut.

"Adalah sebuah kesalahan yang dibuat oleh Israel karena menyerang gereja Katolik itu, itulah yang disampaikan oleh perdana menteri kepada presiden," katanya.

Gambar AFP menunjukkan para korban luka dirawat di Rumah Sakit Al-Ahli di Kota Gaza, yang juga dikenal sebagai Rumah Sakit Baptis, dengan satu orang menerima oksigen dan darah sambil berbaring di bawah selimut foil. Pastor Romanelli terlihat dengan perban di sekitar kaki bagian bawahnya.

Para pelayat berlutut di samping dua kantong jenazah putih yang diletakkan di lantai.

"Pagi harinya, sebuah granat tank menargetkan kami dan menghantam gereja, dan sejumlah warga sipil tewas dan terluka," kata Shadi Abu Daoud, seorang pengungsi yang ibunya yang berusia 70 tahun tewas dalam serangan tersebut.Juru bicara pertahanan sipil Gaza, Mahmud Bassal, mengonfirmasi kematian di gereja tersebut.

Kardinal Pierbattista Pizzaballa, Patriark Latin Yerusalem, mengatakan kepada Vatican News: "Yang kami tahu pasti adalah sebuah tank, IDF (Pasukan Pertahanan Israel) mengatakan secara keliru, tetapi kami tidak yakin tentang ini, mereka menghantam Gereja secara langsung."

Serangan Israel Dikecam Keras

Patriarkat, yang memiliki yurisdiksi atas umat Katolik di Israel, Wilayah Palestina, Yordania, dan Siprus, mengatakan pihaknya mengutuk keras serangan Israel tersebut dan penargetan warga sipil tak berdosa di Gaza.

Lokasi tersebut menampung sekitar 600 pengungsi, sebagian besar anak-anak dan 54 orang berkebutuhan khusus.

"Orang-orang di Kompleks Keluarga Kudus adalah orang-orang yang menemukan tempat perlindungan di Gereja --berharap kengerian perang setidaknya dapat menyelamatkan nyawa mereka, setelah rumah, harta benda, dan martabat mereka telah direnggut," demikian pernyataan resminya.Para pemimpin asing, termasuk dari Prancis dan Italia, menyebut serangan Israel itu tidak dapat diterima.

Badan pertahanan sipil Gaza melaporkan bahwa serangan Israel di tempat lain di wilayah Palestina menewaskan sedikitnya 22 orang pada hari Kamis.

Dari populasi Jalur Gaza yang lebih dari dua juta jiwa, sekitar 1.000 orang beragama Kristen. Sebagian besar dari mereka beragama Ortodoks, tetapi menurut Patriarkat Latin, terdapat sekitar 135 umat Katolik di wilayah tersebut.

Paus Fransiskus, saat masih hidup, telah berulang kali menyerukan diakhirinya perang Gaza, dan dalam pesan Paskah terakhirnya sehari sebelum wafatnya, dia mengecam "situasi kemanusiaan yang menyedihkan" di wilayah Palestina.

"Sama Sekali Tidak Dapat Diterima"

Monsignor Pascal Gollnisch, kepala badan amal Katolik l'Oeuvre d'Orient, mengatakan kepada AFP bahwa serangan itu "sama sekali tidak dapat diterima"."Ini adalah tempat ibadah. Ini adalah gereja Katolik yang dikenal karena sikap damainya, karena menjadi pembawa damai. Mereka adalah orang-orang yang melayani masyarakat," katanya.

"Tidak ada tujuan strategis, tidak ada jihadis di gereja ini. Ada keluarga, ada warga sipil," paparnya, Jumat (18/7/2025).

Perang yang berlangsung lebih dari 21 bulan telah menciptakan kondisi kemanusiaan yang mengerikan bagi penduduk Gaza, mengungsikan sebagian besar penduduk setidaknya sekali dan memicu kekurangan makanan dan kebutuhan pokok lainnya yang parah.

Perang tersebut dipicu oleh serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, yang mengakibatkan kematian 1.219 orang, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan data resmi. Serangan militer balasan Israel telah menewaskan sedikitnya 58.667 warga Palestina, sebagian besar warga sipil, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas.

Pembatasan media di Gaza dan kesulitan mengakses banyak wilayah membuat AFP tidak dapat memverifikasi secara independen jumlah korban dan detail yang diberikan oleh badan pertahanan sipil dan pihak-pihak lain.

Topik Menarik