Rusia Umbar Ancaman Nuklir setelah AS-NATO Hendak Pasok Senjata Canggih ke Ukraina
Rusia mengeluarkan ancaman senjata nuklir dengan menegaskan bahwa doktrin nuklirnya tetap diberlakukan. Ancaman disampaikan dua hari setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan bahwa Amerika dan sekutu NATO akan memasok senjata canggih ke Ukraina.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai Februari 2022, ketegangan antara Moskow dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) telah meningkat, dengan ancaman eskalasi nuklir yang terus berulang.
Sekadar diketahui, Rusia memiliki cadangan hulu ledak nuklir terbesar di dunia, diikuti oleh AS.
Baca Juga: Donald Trump: AS Akan Kirim Sistem Rudal Patriot ke Ukraina untuk Melawan Rusia
Trump telah mengambil pendekatan yang berbeda terhadap perang Rusia-Ukraina dibandingkan pendahulunya, mantan Presiden Joe Biden, seperti terlibat perundingan langsung dengan Moskow dan memperburuk hubungan AS-Ukraina melalui percakapan yang bermusuhan dan ancaman penghentian bantuan. Namun, awal pekan ini, Trump mengumumkan bahwa sekutu NATO di Eropa akan membeli senjata canggih AS senilai miliaran dolar untuk pertahanan Ukraina.Dalam konferensi pers hari Rabu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada kantor berita TASS: "Doktrin nuklir Rusia tetap berlaku, dan dengan demikian, semua ketentuannya terus berlaku."
Respons Peskov muncul setelah jurnalis TASS pada Rabu (16/7/2025) menanyakan status doktrin nuklir, yang, antara lain, menetapkan bahwa agresi terhadap Rusia atau sekutunya oleh negara non-nuklir mana pun dengan partisipasi atau dukungan negara nuklir dianggap sebagai serangan gabungan mereka.
Putin telah memperbarui doktrin nuklirnya pada Desember 2024, yang pada dasarnya menurunkan ambang batas untuk terlibat dalam pencegahan nuklir. Doktrin tersebut mencakup bahwa Rusia berhak menggunakan senjata nuklir sebagai respons terhadap senjata nuklir atau jenis senjata pemusnah massal lainnya terhadap dirinya atau pun sekutunya.
Israel Serang Kamp Pengungsi Palestina di Lebanon Tewaskan 13 Orang, Hamas: Perbuatan Biadab!
Peskov meminta AS untuk mendorong Ukraina melanjutkan negosiasi perdamaian dengan Rusia, dengan mengatakan: "Dalam hal ini, upaya mediasi utama datang dari Amerika Serikat—Presiden Trump dan timnya. Banyak pernyataan telah dibuat, banyak ungkapan kekecewaan telah disuarakan, tetapi kami tentu berharap ada juga tekanan dari pihak Ukraina."
Pada 14 Juli, Trump mengatakan di Oval Office, "Kita akan membuat senjata-senjata terbaik, dan senjata-senjata itu akan dikirim ke NATO."Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte mengatakan kesepakatan itu mencakup rudal, amunisi, dan pertahanan udara. Trump mengumumkan bahwa rudal Patriot—yang penting untuk mempertahankan diri dari serangan pesawat nirawak dan pengeboman rudal Rusia terhadap bangunan sipil—sudah dikirim ke Ukraina.
Peralatan militer apa pun yang akan dipasok ke Ukraina dalam jangka pendek akan berasal dari stok yang ada.
"Pertemuan yang luar biasa dengan @POTUS hari ini [Senin]. Kami telah melaksanakan keputusan dari #NATOSummit secara signifikan, menggabungkan lebih banyak pengeluaran, lebih banyak produksi dan lebih banyak dukungan untuk Ukraina. Kebrutalan Rusia harus dihentikan-inisiatif baru ini akan membantu mewujudkan perdamaian yang adil dan abadi," tulis Rutte di X soal pertemuannya dengan Trump.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, pada hari Rabu menulis di X: "Saya mengadakan pertemuan mengenai sektor pertahanan: produksi senjata domestik kami, perjanjian dengan mitra, dan pasokan untuk tentara Ukraina. Kami sedang menganalisis secara menyeluruh bagaimana semua kontrak, perjanjian, dan proyek investasi dilaksanakan. Kami mengidentifikasi langkah-langkah yang harus diambil dalam waktu dekat, serta indikator-indikator utama yang akan digunakan untuk menilai efektivitas manajemen pertahanan pada akhir tahun ini. Harus ada lebih banyak senjata buatan Ukraina."

