Lebih dari 100 Bayi Prematur di Gaza Terancam Tewas karena Rumah Sakit Kehabisan Bahan Bakar

Lebih dari 100 Bayi Prematur di Gaza Terancam Tewas karena Rumah Sakit Kehabisan Bahan Bakar

Global | sindonews | Kamis, 10 Juli 2025 - 16:48
share

Dua rumah sakit terbesar di Gaza mengeluarkan permohonan bantuan yang mendesak. Mereka memperingatkan kekurangan bahan bakar akibat pengepungan Israel dapat segera mengubah pusat-pusat medis tersebut menjadi "kuburan sunyi".

Peringatan dari Rumah Sakit al-Shifa di utara Kota Gaza dan Rumah Sakit Nasser di selatan Khan Younis datang pada hari Rabu (9/7/2025), ketika pasukan Israel terus membombardir daerah kantong Palestina tersebut, menewaskan 74 orang.

Muhammad Abu Salmiyah, direktur Rumah Sakit al-Shifa, fasilitas terbesar di Gaza, mengatakan kepada wartawan bahwa nyawa lebih dari 100 bayi prematur dan sekitar 350 pasien dialisis terancam.

"Stasiun oksigen akan berhenti beroperasi. Rumah sakit tanpa oksigen bukan lagi rumah sakit. Laboratorium dan bank darah akan tutup, dan unit darah di lemari es akan rusak," ujar Salmiyah.

"Rumah sakit tidak akan lagi menjadi tempat penyembuhan dan akan menjadi kuburan bagi mereka yang berada di dalamnya," ujar dia.

Abu Salmiyah kemudian menuduh Israel "memberikan sedikit demi sedikit" bahan bakar ke rumah sakit-rumah sakit di Gaza, dan mengatakan departemen dialisis al-Shifa telah ditutup untuk menghemat daya bagi unit perawatan intensif dan ruang operasi, yang tidak dapat hidup tanpa listrik bahkan untuk beberapa menit saja.

Jam-jam Terakhir

Di Khan Younis, Kompleks Medis Nasser menyatakan mereka juga telah memasuki "jam-jam krusial dan terakhir" karena kekurangan bahan bakar.

"Dengan penghitung bahan bakar yang hampir nol, para dokter telah memasuki pertempuran untuk menyelamatkan nyawa dalam perlombaan melawan waktu, kematian, dan kegelapan," ujar pihak rumah sakit.

Dia menjelaskan, "Tim medis berjuang sampai napas terakhir. Mereka hanya memiliki hati nurani dan harapan pada mereka yang mendengar panggilan – selamatkan Kompleks Medis Nasser sebelum berubah menjadi kuburan sunyi bagi pasien yang sebenarnya bisa diselamatkan."

Mohammed Sakr, juru bicara rumah sakit, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa fasilitas tersebut membutuhkan 4.500 liter (1.189 galon) bahan bakar per hari untuk beroperasi, tetapi sekarang hanya memiliki 3.000 liter (790 galon) – cukup untuk bertahan 24 jam.

Sakr mengatakan para dokter melakukan operasi tanpa listrik atau AC, dan keringat staf menetes ke luka pasien, sehingga berisiko infeksi.

Satu video dari Rumah Sakit Nasser, yang diunggah di media sosial, menunjukkan para dokter berkeringat deras saat melakukan operasi."Semuanya dimatikan di sini. AC dimatikan. Tidak ada kipas angin," ujar seorang dokter dalam video tersebut sambil menunjukkan kondisi di bangsal. "Semua staf kelelahan, mereka mengeluh tentang suhu yang tinggi."

Pengeboman gencar Israel telah menghancurkan sistem layanan kesehatan Gaza dalam 21 bulan sejak melancarkan serangan ke daerah kantong Palestina tersebut setelah serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023.

Sejak saat itu, tercatat lebih dari 600 serangan terhadap fasilitas kesehatan di Gaza, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Hingga Mei tahun ini, hanya 19 dari 36 rumah sakit di Gaza yang masih beroperasi sebagian, dengan 94 dari seluruh rumah sakit rusak atau hancur.

Pasukan Israel juga telah membunuh lebih dari 1.500 tenaga kesehatan di Gaza, dan menahan 185 orang, menurut data resmi.

Sementara itu, WHO menggambarkan sektor kesehatan Gaza "berlutut", dengan kekurangan bahan bakar, pasokan medis, dan seringnya kedatangan korban massal akibat serangan Israel.

Pengepungan yang Menyesakkan

Marwan al-Hams, direktur rumah sakit lapangan di Gaza, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa "ratusan" orang bisa meninggal di wilayah tersebut jika pasokan bahan bakar tidak segera didatangkan.“Ini termasuk puluhan bayi prematur yang bisa meninggal dalam dua hari ke depan,” ujarnya.

“Pasien dialisis dan perawatan intensif juga akan kehilangan nyawa mereka,” papar dia, seraya menambahkan bahwa cedera yang dialami korban luka semakin memburuk di tengah kondisi yang memburuk, sementara penyakit seperti meningitis menyebar.

Juru bicara UNICEF, James Elder, yang baru saja kembali dari Gaza, mengatakan, "Anda bisa saja memiliki staf rumah sakit terbaik di dunia", tetapi jika mereka tidak mendapatkan obat-obatan dan bahan bakar, mengoperasikan fasilitas kesehatan "menjadi mustahil".

Israel telah memberlakukan pengepungan yang menyesakkan di Gaza sejak awal Maret.

Selama beberapa pekan terakhir, Israel telah mengizinkan sejumlah makanan masuk ke Gaza untuk didistribusikan melalui kelompok yang didukung Amerika Serikat di lokasi-lokasi di mana ratusan pencari bantuan telah ditembak mati oleh tentara Israel.Namun, bahan bakar belum masuk ke wilayah tersebut selama lebih dari empat bulan.

"Bahan bakar yang tersisa sedikit sudah digunakan untuk menjalankan operasi paling penting – seperti unit perawatan intensif dan desalinasi air – tetapi persediaan tersebut cepat habis, dan hampir tidak ada stok tambahan yang tersedia," ungkap badan kemanusiaan PBB (OCHA) pada hari Selasa.

"Rumah sakit sedang melakukan penjatahan. Ambulans macet. Sistem air berada di ambang kehancuran. Kematian akibat hal ini kemungkinan akan segera meningkat tajam kecuali otoritas Israel mengizinkan bahan bakar baru masuk – secara mendesak, teratur, dan dalam jumlah yang memadai."

Israel telah membunuh 57.575 orang dan melukai 136.879 orang, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

Baca juga: 2 Negara Pendukung dan 12 Penentang Keras Rencana Gaza Riviera Trump

Topik Menarik