Ayatollah Khamenei Muncul di Depan Publik Pertama Kalinya sejak Perang Iran-Israel Mereda

Ayatollah Khamenei Muncul di Depan Publik Pertama Kalinya sejak Perang Iran-Israel Mereda

Global | sindonews | Minggu, 6 Juli 2025 - 10:52
share

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei muncul di depan publik untuk pertama kalinya sejak perang Iran-Israel mereda. Dia ambil bagian dalam upacara berkabung Muharram di Teheran pada hari Sabtu.

Kehadirannya mengakhiri minggu-minggu absen, di mana dia hanya mengeluarkan pesan video yang direkam sebelumnya di tengah laporan bahwa dia telah dipindahkan ke bunker karena alasan keamanan.

“Hussainiyah meledak (dengan emosi) ketika Pemimpin Tertinggi tiba. Gelombang ledakan ini akan mencapai Tel Aviv dan Gedung Putih—gelombang pengabdian, cinta, dan kerinduan yang kuat dari rakyat terhadap pemimpin mereka,” kata seorang staf kantor Khamenei ketika menggambarkan penampilan publik pertamanya sejak dimulainya perang dengan Israel, seperti dikutip dari Iran International, Minggu (6/7/2025).

Baca Juga: Eks Pasukan Khusus AS Pembunuh Osama bin Laden Siap Bunuh Pemimpin Tertinggi Iran Khamenei

Pembawa pidato penghormatan terakhir Iran Mahmoud Karimi menyanyikan lagu patriotik "Iran, Iran" atas permintaan Ali Khamenei, imbuh staf tersebut.

Para kritikus mengatakan Republik Islam Iran secara selektif membangkitkan sentimen patriotik dan nasionalis selama masa perang dan krisis untuk menggalang dukungan, sementara sebaliknya menekan ekspresi tersebut demi mempromosikan kesetiaan kepada umat Islam yang lebih luas.Video yang disiarkan oleh media pemerintah Iran menunjukkan puluhan orang menghadiri upacara untuk memperingati Ashura, hari paling suci dalam kalender Muslim Syiah, berdiri sambil melantunkan nyanyian saat Khamenei memasuki aula tempat banyak acara pemerintahan diadakan.

Perang Iran-Israel pecah pada 13 Juni, dimulai oleh agresi udara Israel terhadap fasilitas nuklir dan militer yang menewaskan para ilmuwan nuklir dan pemimpin militer senior.

Iran membalas dengan menembakkan gelombang rudal dan drone ke Israel dan menyerang situs militer dan fasilitas penting Zionis.

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei memperingatkan Amerika Serikat bahwa intervensi akan menyebabkan "kerusakan yang tidak dapat diperbaiki" bagi AS.

Namun, pada 21 Juni, Presiden AS Donald Trump memerintahkan serangan udara terhadap tiga fasilitas nuklir Iran. Serangan tersebut, yang dinamai Operasi Midnight Hammer, melibatkan 125 pesawat AS, 75 senjata presisi, dan lebih dari selusin bom penghancur bunker seberat 30.000 pon yang menyerang tiga fasilitas nuklir Iran; Fordow, Natanz, dan Isfahan. Sejauh mana serangan itu dan kerusakannya terhadap program nuklir Iran telah diperdebatkan dengan sengit. Pemerintahan Trump awalnya memuji serangan itu karena telah sepenuhnya menghancurkan situs dan program nuklir Iran.

Namun penilaian awal oleh Badan Intelijen Pertahanan (DIA) mengatakan pengeboman itu hanya menunda program nuklir Iran selama beberapa bulan, sebuah kontradiksi dari klaim pemerintah Trump.

Menteri Pertahanan Pete Hegseth menentang laporan tersebut dalam konferensi pers hari Kamis, menepis kronik media tentang perbedaan pendapat tersebut.

Hegseth mengutip penilaian DIA tersebut sebagai "awal" dan "kurang meyakinkan", dan mengatakan serangan itu mengakibatkan "kerusakan parah" pada situs-situs nuklir Iran.

Setelah Operasi Midnight Hammer, Iran melancarkan serangan rudal pada tanggal 23 Juni terhadap pasukan Amerika Serikat yang ditempatkan di Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar, tetapi pasukan Qatar mencegat serangan tersebut.

Topik Menarik