Digempur Rudal Iran, Dubes AS untuk Israel Pontang-panting Sembunyi 5 Kali dalam Semalam
Duta Besar (Dubes) Amerika Serikat (AS) untuk Israel Mike Huckabee mengatakan dia harus pergi ke tempat perlindungan lima kali semalam di tengah rentetan rudal Iran. Serangan rudal Iran itu bagian dari pembalasan atas gempuran Israel sebelumnya.
"Sekarang hari Sabat di sini. Seharusnya tenang. Mungkin tidak akan. Seluruh negara diperintahkan untuk tinggal di dekat tempat perlindungan," tulis duta besar AS untuk Israel di X.
Huckabee, pendukung setia Israel yang mengatakan "tidak ada yang namanya" Tepi Barat, mengatakan awal pekan ini bahwa prospek Israel melancarkan serangan terhadap Iran tanpa persetujuan atau koordinasi AS tidak mungkin.
"Saya tidak melihat dalam pikiran saya bahwa itu akan menjadi sesuatu yang mungkin terjadi karena kedekatan hubungan dan kepercayaan, dan itulah kata yang ingin saya tekankan, ada kepercayaan antara AS dan Israel," ujar dia kepada kantor berita Israel Ynet."Saya sering berkata: kita punya teman, kita punya sekutu, tetapi kita hanya punya satu mitra, Israel, dan ketika saya mengatakan itu, bukan berarti kita tidak punya hubungan yang mendalam dengan negara lain," papar Huckabee.
Dia menegaskan, "Tetapi sebenarnya tidak ada negara yang memiliki kesamaan dalam hal intelijen, perangkat keras militer, strategi, tujuan bersama, sebagian besar karena kita berbagi fondasi peradaban yang sama berdasarkan pandangan dunia Yahudi-Kristen."
Sementara itu, setelah mengambil sumpah jabatan untuk masa jabatan keduanya pada bulan Januari, Presiden AS Donald Trump mengatakan ia akan berusaha untuk "menghentikan semua perang" dan meninggalkan warisan sebagai "pembawa perdamaian dan pemersatu".
Tetapi enam bulan kemudian, rudal terbang melintasi Timur Tengah setelah Israel menyerang Iran, yang berisiko memicu perang regional habis-habisan yang dapat menyeret pasukan AS ke dalam konflik tersebut.
Serangan Israel terhadap Iran, yang secara eksplisit didukung Trump, kini menguji janji presiden untuk menjadi pembawa perdamaian.Mereka juga memecah belah basisnya, dengan banyak politisi dan komentator sayap kanan menekankan dukungan tanpa syarat untuk Israel bertentangan dengan platform “America First” yang dianut Trump saat terpilih.
“Ada rasa pengkhianatan dan kemarahan yang sangat kuat di banyak bagian basis ‘America First’ karena mereka benar-benar menentang gagasan AS terlibat dalam atau mendukung perang semacam itu,” ujar Trita Parsi, wakil presiden eksekutif di Quincy Institute, lembaga pemikir AS yang mempromosikan diplomasi.
Baca juga: Ratusan Rudal Iran Porak-porandakan Israel, Tembus ke Tel Aviv







