Paniknya Para Mahasiwa China usai Trump Larang Universitas Havard Terima Pelajar Asing

Paniknya Para Mahasiwa China usai Trump Larang Universitas Havard Terima Pelajar Asing

Global | sindonews | Minggu, 25 Mei 2025 - 07:56
share

Gelombang kepanikan mengguncang mahasiswa China di Amerika Serikat (AS), khususnya di Universitas Harvard, setelah pemerintahan Presiden Donald Trump secara tiba-tiba melarang pendaftaran mahasiswa asing ke kampus elite tersebut. Mahasiswa China merupakan kelompok terbesar di antara pelajar asing di Havard.

Kebijakan itu menuduh Universitas Harvard berkoordinasi dengan Partai Komunis China (PKC) dan mengharuskan mahasiswa asing yang sedang menempuh studi untuk segera pindah ke kampus lain—atau kehilangan status hukum mereka sebagai pemegang visa pelajar. Dalam waktu singkat, situasi ini menggemparkan komunitas akademik internasional.

Seorang mahasiswa doktoral fisika asal China bernama Zhang (24), mengungkapkan kekhawatirannya.

“Komunitas China merasa jadi target utama. Teman saya bahkan menyarankan agar saya tidak tinggal di apartemen sekarang, khawatir akan razia dari petugas imigrasi,” ujarnya tanpa menyebutkan nama depan demi alasan keamanan.

Universitas Harvard langsung menyatakan sikap tegas. Dalam pernyataan resminya, universitas tertua di AS itu menyebut kebijakan pemerintah Trump sebagai tindakan “tidak sah” dan berkomitmen penuh untuk membela mahasiswa asingnya.

Sebuah pengadilan distrik AS pun segera mengeluarkan perintah pembekuan sementara terhadap kebijakan itu selama dua pekan, memberi harapan bagi ribuan mahasiswa yang terdampak.

Namun "kerusakan" sudah telanjur terjadi. Zhang Kaiqi (21), mahasiswa master kesehatan masyarakat, terpaksa membatalkan penerbangannya pulang ke China demi mempertahankan visanya. Dia kehilangan kesempatan magang di sebuah LSM ternama di China. “Saya sedih dan marah. Awalnya saya kira ini hoaks,” keluhnya.

Mahasiswa China kini berbondong-bondong mencari bantuan hukum. Grup-grup WhatsApp mahasiswa internasional penuh dengan diskusi panik dan nasihat dari pengacara yang memperingatkan mereka untuk tidak bepergian, bahkan dengan pesawat domestik, hingga pengumuman resmi keluar dari pihak kampus.

Jumlah mahasiswa China di AS memang telah menurun drastis dari 370.000 pada 2019 menjadi sekitar 277.000 pada 2024, seiring memanasnya hubungan diplomatik antara dua ekonomi terbesar dunia.

Namun Harvard tetap menjadi magnet. Pada 2024, mahasiswa China masih mencakup sekitar 20 dari seluruh mahasiswa asing di kampus tersebut.

Keputusan kontroversial Trump, menurut pihak China, hanya akan merusak citra dan kredibilitas internasional Amerika Serikat. "China akan dengan tegas melindungi hak-hak sah pelajar kami di luar negeri," kata Kementerian Luar Negeri China, seperti dikutip Reuters, Minggu (25/5/2025).

Perlu dicatat, selama dua dekade terakhir, banyak anak pejabat elite China atau yang dikenal dengan istilah “princeling” berkuliah di Harvard, termasuk putri Presiden Xi Jinping, Xi Mingze.

Namun dalam beberapa tahun terakhir, kampanye anti-korupsi yang digalakkan Xi Jinping membuat sorotan terhadap hubungan keluarga elite dengan negara-negara Barat semakin tajam.

Sementara itu, universitas di negara lain mulai mengambil langkah cepat. Hong Kong University of Science and Technology menawarkan jalur masuk tanpa syarat, prosedur pendaftaran yang disederhanakan, dan dukungan akademik untuk mahasiswa terdampak.

Pippa Ebel, konsultan pendidikan independen yang berbasis di Guangzhou, menyebut kebijakan Trump bukan sekadar gangguan jangka pendek, melainkan titik balik bagi banyak keluarga China.

“Ini bisa menjadi dorongan terakhir untuk berpaling dari AS dan memilih negara-negara seperti Australia, Inggris, atau Singapura,” katanya.

Zhao (23), mahasiswa baru program master di Universitas Harvard, masih bertekad mengejar mimpinya di AS. Namun, dia mulai mempertimbangkan untuk menunda pendaftaran atau bahkan pindah ke negara lain.

“Rencana hidup saya terganggu total. Saya sudah siap mengajukan visa bulan depan, tapi kini saya bingung,” ungkapnya.

Postingan seorang mahasiswi di media sosial China, Xiaohongshu, berjudul “Pengungsi Harvard”, sempat viral sebelum akhirnya dihapus. Dalam unggahan itu, dia menyebut bahwa para dosen di Harvard Kennedy School telah mengirim email kepada mahasiswa China, menyatakan bahwa pihak kampus tengah menyusun respons dan akan bernegosiasi dengan pemerintah dalam waktu 72 jam.

Apakah ini awal dari era baru di mana geopolitik mencampuri pendidikan tinggi global? Yang jelas, mahasiswa seperti Zhao, Zhang, dan Kaiqi kini berdiri di garis depan persimpangan antara mimpi akademik dan ketegangan diplomatik.

Topik Menarik