Tingkat Kesuburan Menurun, Dunia Akan Hadapi Krisis Populasi

Tingkat Kesuburan Menurun, Dunia Akan Hadapi Krisis Populasi

Global | sindonews | Sabtu, 24 Mei 2025 - 20:38
share

Para ahli di Forum Keluarga Internasional di Istanbul memperingatkan pada hari Jumat tentang krisis demografi yang berkembang karena tingkat fertilitas global terus menurun, yang mengancam stabilitas ekonomi dan sistem sosial di seluruh dunia.

Diselenggarakan dengan tema "Menjaga dan Memperkuat Keluarga dalam Menghadapi Tantangan Global", panel "Mitos KelebihanPopulasi: Bagaimana Agenda Global Berkontribusi pada Penurunan Populasi?" diselenggarakan oleh Kementerian Keluarga dan Layanan Sosial Turki, dengan Anadolu sebagai mitra komunikasi global.

Wakil Menteri Tenaga Kerja dan Jaminan Sosial Lutfihak Alpkan, yang menjadi moderator panel tersebut, mengatakan tingkat kesuburan Turki telah turun dari 7 pada tahun 1970-an menjadi di bawah 1,5 saat ini.

"Organisasi-organisasi internasional telah lama mendukung upaya-upaya untuk mengurangi pertumbuhan populasi," katanya, dilansir Anadolu. "Namun ketika populasi suatu negara mulai menyusut... organisasi-organisasi yang sama itu tidak lagi mendukung."

Serdar Furtuna dari Universitas Acibadem Mehmet Ali Aydinlar menelusuri upaya-upaya pengendalian populasi ke yayasan-yayasan AS pada tahun 1940-an.

Ia mencatat sebuah survei tahun 1963 di Turki menunjukkan kesenjangan besar antara kelahiran yang sebenarnya dan yang diinginkan.

"Metode-metode modern hampir tidak diadopsi, namun populasi tetap menurun — bukan karena tekanan eksternal tetapi perubahan prioritas dan kebutuhan individu."

Menteri Perempuan dan Keluarga Malaysia Dato' Sri Hajah Nancy Shukri mengatakan populasi negaranya akan mencapai puncaknya pada tahun 2071 sebelum menurun.

"Ini bukan hanya soal angka — ini berarti tenaga kerja yang menyusut, populasi yang menua, dan tekanan yang meningkat pada sistem sosial."

Di kawasan Teluk, penurunannya juga dramatis.

Sharifa Noaman Al-Emadi dari Doha International Family Institute berkata: "Di negara-negara seperti Qatar, di mana warga negaranya berjumlah kurang dari 20 dari populasi, penurunan ini sangat kritis."

Tunde Furesz dari Hungaria menggambarkan Eropa sebagai "benua tempat lahir yang kosong," mengutip rekor terendah kesuburan dan tren yang memburuk sejak pandemi COVID-19.

"Konstitusi kita menyatakan: 'Ibu adalah seorang wanita, ayah adalah seorang pria.' Ini mencerminkan tekad kita untuk melindungi struktur keluarga kita," tambahnya.

Leow Siu Lin, direktur Hubungan Internasional di Kementerian Sosial dan Pembangunan Keluarga Singapura, menekankan bahwa meningkatkan angka kelahiran saja tidak cukup untuk memastikan keberlanjutan populasi.

Dia menyoroti perlunya pendekatan multidimensi yang berfokus pada penguatan keluarga.

Leow mencatat bahwa masalahnya tidak hanya ekonomi tetapi juga berakar dalam faktor sosial dan budaya.

"Di Singapura, keluarga adalah landasan masyarakat. Itulah sebabnya kami telah membentuk kembali kebijakan dan program kami dengan perspektif yang berpusat pada keluarga," katanya.

Topik Menarik