Ini Cerita Singapore Airlines Bagikan Bonus Hampir 8 Kali Gaji untuk Seluruh Karyawannya

Ini Cerita Singapore Airlines Bagikan Bonus Hampir 8 Kali Gaji untuk Seluruh Karyawannya

Global | sindonews | Senin, 19 Mei 2025 - 12:59
share

Saat Chief Executive Officer Singapore Airlines (SIA) Goh Choon Phong mengumumkan laba bersih tahun buku 2024 senilai SD2,78 miliar (lebih dari Rp35 triliun), tepuk tangan di Auditorium Training Centre Changi langsung pecah.

Tak lama kemudian, satu angka lain bergaung lebih keras di kalangan sekitar 20.000 karyawan: 7,45. Inilah besaran profit-sharing bonus—setara 7,45 bulan gaji—yang akan mereka terima, hanya sedikit di bawah rekor 7,94 bulan tahun lalu, tetapi tetap tertinggi di industri penerbangan komersial dunia.

Mengapa Bonosnya Hampir 8 Bulan Gaji?

Formula bonus SIA bukan rahasia; sejak 2004 manajemen, serikat pekerja, dan pemerintah Singapura menyepakatinya: 10 laba operasional dibagi rata ke karyawan, ditambah variabel produktivitas.

Transparansi ini—langka di maskapai lain—membuat pekerja kabin hingga mekanik merasa “ikut memiliki” perusahaan.

“Kalau penumpang senyum, kami pun senyum—kami tahu ujungnya berdampak ke penghasilan,” kata Lim Wei Ling, pramugari senior yang sudah 12 tahun terbang bersama SIA, seperti dikutip dari Aviation 27, Senin (19/5/2025).

Biaya Hidup Singapura Mahal

Namun kegembiraan itu juga datang bersama realitas. Indeks Harga Konsumen Singapura naik 3,2 pada 2024, sementara nilai sewa HDB (Housing & Development Board) melonjak dua digit.

“Bonus besar membantu menabung uang muka rumah,” ujar Ravi Subramaniam, teknisi line-maintenance di Terminal 3.

Bagi sebagian staf muda, bonus ini bukan lagi sekadar tabungan—tetapi "penahan" agar tak pindah ke maskapai asing yang gencar merekrut.

Di balik euforia, manajemen menyoroti “ketidakpastian geopolitik dan tarif kargo” yang dapat menekan yield penumpang.

Laporan kuartal IV menunjukkan margin turun 1,4 poin, sinyal bahwa pesta bisa sewaktu-waktu usai. Analis Bloomberg Intelligence memperkirakan pertumbuhan laba SIA bakal melambat ke satu digit pada FY (Tahun Fiskal) 2025/26 seiring biaya bahan bakar dan kompetisi rute jarak jauh.

Sekolah Layanan Oxbridge di Udara

Mengapa SIA tetap jadi “gold standard” servis kabin? Jawabannya ada di SATS-In-flight Training Centre, tempat awak wajib menjalani 15 minggu pelatihan intensif—terpanjang di Asia—mulai dari seni menuang Dom Pérignon hingga protokol keselamatan A350.

Budaya “Singapore Girl” yang melegenda lahir dari kurikulum ini, dan secara ekonomi, ia menciptakan brand premium yang memungkinkan SIA mematok tarif 8 lebih tinggi dari rata-rata regional.

Setiap sen selisih harga itulah yang akhirnya kembali ke bonus karyawan.

Sebagai perbandingan, Garuda Indonesia hanya mampu memberi Tantiem 1 bulan gaji pada 2024 setelah restrukturisasi utang. Kemudian Cathay Pacific memulihkan bonus 3 bulan pascapandemi, masih setengah dari SIA. Sedangkan Emirates dikenal murah hati (24 minggu pada 2023), tetapi skema itu tak transparan dan berbasis discretionary pool.

SIA berada di tengah—tak sebesar Emirates, namun paling konsisten dan terukur, mencerminkan filosofi korporat “meritokrasi ala Singapura”.

Perspektif Serikat dan Pakar SDM

Ketua Singapore Airlines Staff Union Alan Tan menyebut formula 7,45 bulan “validasi” hubungan industrial tripartit. “Kami bukan sekadar cost center,” ujarnya.

Akademisi NUS Business School, Dr Sarah Teo, menambahkan: “Skema ini memperkuat psychological ownership sekaligus fleksibilitas biaya—ketika laba turun, komponen variabel bisa menyesuaikan tanpa pemutusan kerja masif.”

Di horizon 2030, tekanan emisi membuat maskapai wajib berinvestasi Sustainable Aviation Fuel (SAF) dan armada baru—capex yang dapat menggerus pool bonus. Survei internal SIA menunjukkan 62 pegawai Gen Z lebih peduli praktik ESG ketimbang nominal bonus. Karenanya, program “FutureSkies” diluncurkan: karyawan dapat mengonversi 5 bonus ke investasi SAF yang dikelola Temasek Green Fund.

Bagi jurnalis penerbangan, angka 7,45 bukan sekadar berita gaji besar. Ia adalah barometer—selama SIA mampu membayar hampir delapan bulan gaji, publik tahu industri penerbangan Asia Tenggara masih terbang tinggi.

Namun seperti kabin yang bisa bergejolak tanpa peringatan, awan ketidakpastian selalu mengintai. Untuk saat ini, para awak Singapore Airlines boleh bersorak; besok, mereka kembali mengencangkan sabuk—siap menghadapi turbulensi berikutnya.

Topik Menarik