Pertama Kalinya, Kapal Perang Tercanggih Inggris Tembak Jatuh Rudal Supersonik di Dekat Skotlandia
Kapal perang tercanggih Inggris, HMS Dragon, telah menembak jatuh rudal supersonik untuk pertama kalinya di lepas pantai Skotlandia. Momen bersejarah bagi militer Kerajaan Inggris itu berlangsung pada 16 Mei selama latihan perang NATO.
Angkatan Laut Kerajaan Inggris mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa rudal Sea Viper yang dimodifikasi secara khusus ditembakkan oleh kapal perusak Tipe 45 HMS Dragon dalam semburan asap dan api ke target berkecepatan tinggi yang datang—yang mensimulasikan jenis ancaman canggih yang saat ini terlihat di seluruh dunia.
Pernyataan itu tidak merinci apa targetnya.
"Ini menandai pertama kalinya Angkatan Laut Kerajaan menghadapi target semacam ini—target yang jauh lebih menantang karena terbang lebih cepat dan melakukan manuver berputar-putar," bunyi pernyataan tersebut, yang dilansir EurAsian Times, Minggu (18/5/2025).
Dalam waktu dua setengah detik setelah meluncur keluar dari silo HMS Dragon, rudal itu mencapai kecepatan Mach 4, atau lebih dari empat kali kecepatan suara. Rudal itu kemudian bermanuver dengan gaya gravitasi tinggi di atas lautan untuk mendekati dan menghancurkan target.
Angkatan Laut Kerajaan mencatat dalam pernyataannya bahwa rudal yang digunakan dalam uji coba itu adalah model telemetri unik yang dimaksudkan untuk menangkap pengukuran dan informasi berguna untuk operasi mendatang.
"Penembakan Sea Viper yang sukses sebagai bagian dari Formidable Shield 25 adalah momen besar bagi HMS Dragon," kata Iain Giffin, komandan HMS Dragon.
“Tidak hanya membuktikan bahwa kemampuan pertahanan udara Dragon yang terdepan di dunia berfungsi sebagaimana mestinya setelah masa pemeliharaan yang panjang, tetapi juga membuktikan kemampuan kami untuk berintegrasi dan beroperasi bersama sekutu dan mitra NATO," paparnya.
Penembakan rudal tersebut merupakan bagian dari Latihan Formidable Shield 25, latihan penembakan rudal terbesar NATO di Eropa tahun ini.
HMS Dragon, kapal perang canggih milik Angkatan Laut Kerajaan Inggris, dilaporkan bekerja sama dengan kapal NATO lainnya yang melakukan penembakan rudal selama latihan ini. Sepuluh negara NATO berpartisipasi dalam latihan tersebut dan menguji pertahanan terhadap target subsonik, supersonik, dan balistik, ditambah sistem nirawak.
Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa mereka adalah pasukan tempur gabungan yang tangguh dengan menyatukan kapal-kapal sekutu, pertahanan udara berbasis darat, dan Angkatan Udara.
HMS Dragon, misalnya, menunjukkan kapasitas kapal yang berbasis di Portsmouth untuk melindungi dirinya sendiri dan kapal-kapal terdekat lainnya dari serangan, termasuk kawanan pesawat nirawak.
“Formidable Shield Telah menjadi tantangan dan peluang yang signifikan bagi Dragon untuk bersatu sebagai unit tempur dan berintegrasi ke dalam kelompok tugas yang mengembangkan kemampuan pertahanan udara," kata Letnan Sarah Kaese, perwira tempur senior HMS Dragon, yang sedang menjalani pertukaran dari Angkatan Laut Kerajaan Australia.
Inggris: Ekspor Komponen Jet Siluman F-35 ke Israel Lebih Penting daripada Hentikan Genosida Gaza
Perkembangan ini terjadi saat Angkatan Laut Kerajaan Inggris memperkuat kekuatan tempur Angkatan Laut-nya sambil mengambil peran baru untuk memproyeksikan kekuatan. Kelompok Serang Kapal Induk (CSG) Angkatan Laut Kerajaan Inggris, yang dipimpin oleh HMS Prince of Wales, saat ini dikerahkan ke Indo-Pasifik di bawah Operasi Highmast, yang dimulai pada 22 April 2025, dan akan berakhir pada Desember 2025. Kapal induk tersebut didampingi oleh kapal perusak Tipe 45 lainnya, HMS Dauntless.
Menghadapi meningkatnya ancaman keamanan dari musuh seperti Rusia dan China, serta negara-negara seperti Iran dan proksi mereka di Asia Barat, Angkatan Laut Kerajaan Inggris melakukan upaya bersama untuk memperkuat pertahanan udara maritimnya.
Selain memodifikasi kapal perangnya dengan rudal pertahanan udara canggih, seperti Sea Viper, Angkatan Laut Kerajaan Inggris juga telah mengembangkan senjata laser DragonFire yang dapat meluluhlantakkan target udara dengan biaya kurang dari £10 per tembakan.
Saat ini, pertahanan Angkatan Laut Kerajaan Inggris terhadap ancaman rudal, khususnya rudal antikapal dan balistik, bergantung pada pendekatan berlapis yang melibatkan sensor canggih, pencegat, dan tindakan balasan.
Namun, meningkatnya ancaman dari serangan rudal supersonik, hipersonik, dan gerombolan drone menimbulkan risiko berkelanjutan, itulah sebabnya penembakan jatuh rudal supersonik merupakan tonggak bersejarah yang dicapai oleh Angkatan Laut Kerajaan Inggris.