Rusia Tuding Barat Tidak Siap Menerima Perubahan Tatanan Dunia, Apa Pemicunya?
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengungkapkan Barat tidak siap menerima perubahan tatanan dunia.
Lavrov berbicara tentang apa yang disebutnya sebagai langkah menuju "multipolaritas" di dunia, dengan lebih banyak negara mulai menolak "dikte luar" dan membentuk kelompok baru seperti Brics, yang merupakan singkatan dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan.
Lavrov mengatakan Barat tidak sepenuhnya menerima hal ini, mencoba mempertahankan dominasinya dalam urusan global.
Sementara itu, duta besar Uni Eropa telah menyetujui putaran sanksi baru terhadap Rusia.
Paket sanksi ke-16 mencakup larangan impor aluminium primer Rusia, dan pencantuman 73 kapal armada bayangan baru, kantor berita Reuters melaporkan.
Sanksi tersebut akan disetujui secara resmi oleh para menteri UE pada hari Senin - pada ulang tahun ketiga invasi skala penuh Moskow ke Ukraina.
Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut perundingan AS-Rusia sebagai "pertemuan yang memalukan di Riyadh", dalam komentar pertamanya sejak perundingan pada hari Selasa.
Ia mengatakan Moskow "sekali lagi berbohong" selama perundingan, di mana Kyiv tidak hadir, tentang tidak menargetkan infrastruktur energi Ukraina.
Zelensky mengunggah komentar tersebut di media sosial bersama dengan video dari Odesa, di mana ia mengatakan pesawat nirawak Rusia menyerang infrastruktur energi sipil, khususnya transformator listrik.
"Kita harus ingat bahwa Rusia dipimpin oleh para pembohong patologis, dan mereka tidak dapat dipercaya - mereka harus ditekan untuk mencapai perdamaian," katanya, dilansir BBC.
Sebelumnya, Angkatan Ydara Ukraina mengatakan telah menembak jatuh 106 dari 167 pesawat nirawak Rusia yang diluncurkan dalam serangan semalam.
Sebanyak 56 pesawat nirawak lainnya "hilang di lokasi", tidak menyebabkan kerusakan, tambahnya.
Wilayah Odesa, Kyiv, Sumy, Cherkasy, dan Zaporizhzhia terkena serangan, kata angkatan udara, tanpa memberikan perincian lebih lanjut.
Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan sedikitnya 160.000 orang di kota Odesa kini tidak memiliki pemanas dan listrik, menyusul serangan Rusia.