Jerman Ogah Ikut-ikutan Sekutu NATO Kerahkan Tentara ke Ukraina, Ini Alasannya

Jerman Ogah Ikut-ikutan Sekutu NATO Kerahkan Tentara ke Ukraina, Ini Alasannya

Global | sindonews | Selasa, 18 Februari 2025 - 09:35
share

Jerman tidak akan mengirim tentara ke Ukraina sebagai pasukan penjaga perdamaian seperti yang akan dilakukan dua sekutu NATO, Inggris dan Swedia.

Alasan Berlin adalah karena Amerika Serikat (AS) juga tidak mengerahkan tentara ke negara yang sedang perang melawan Rusia tersebut.

Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth telah mengesampingkan pengerahan tentara Amerika ke Kyiv sebagai bagian dari jaminan keamanan potensial untuk Ukraina.

"Kami tidak akan berpartisipasi dalam skenario di mana keamanan Eropa dan Amerika berbeda, misalnya jika tentara Eropa dikerahkan tanpa keterlibatan penuh AS," kata seorang pejabat pemerintah Jerman kepada AFP, yang dilansir Selasa (18/2/2025).

Polandia sebelumnya juga menolak kemungkinan mengirim tentaranya ke Ukraina.

“Polandia akan mendukung Ukraina sebagaimana yang telah dilakukannya selama ini: secara organisasi, sesuai dengan kemampuan keuangan kami, dalam hal bantuan kemanusiaan dan militer,” kata Perdana Menteri Polandia Donald Tusk pada hari Senin.

“Kami tidak berencana untuk mengirim tentara Polandia ke wilayah Ukraina," paparnya.

Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, yang menggambarkan perang Ukraina sebagai “eksistensial", mengumumkan pada hari Minggu bahwa dia siap untuk mengirim pasukan sebagai bagian dari “jaminan keamanan” setelah gencatan senjata antara Moskow dan Kyiv disepakati.

Pada hari Senin, Swedia mengumumkan akan mengikuti langkah Inggris tersebut.

"Kita sekarang harus terlebih dahulu merundingkan perdamaian yang adil dan berkelanjutan yang menghormati hukum internasional, yang menghormati Ukraina dan yang pertama dan terutama memastikan Rusia tidak dapat begitu saja mundur, membangun kekuatan baru dan menyerang Ukraina atau negara lain hanya dalam waktu beberapa tahun," kata Menteri Luar Negeri Swedia Maria Malmer Stenergard.

"Setelah perdamaian seperti itu terwujud, kita perlu memastikannya dapat dipertahankan dan kemudian pemerintah kita tidak mengecualikan apa pun," paparnya.

Moskow telah berulang kali menekankan bahwa penyelesaian damai hanya mungkin jika Barat mengatasi “akar penyebab” konflik, seperti rencana Ukraina untuk bergabung dengan NATO dan ekspansi aliansi tersebut yang terus berlanjut ke arah timur.

Vassily Nebenzia, utusan Rusia untuk PBB, mengatakan awal bulan ini bahwa hanya Dewan Keamanan PBB yang dapat mengizinkan pengerahan pasukan penjaga perdamaian, dan memperingatkan bahwa Rusia akan memperlakukan setiap unit militer asing yang tidak mendapat dukungan PBB sebagai target yang sah.

Presiden AS Donald Trump telah berjanji untuk segera mengakhiri perang Rusia-Ukraina dan telah mengambil langkah-langkah untuk memulihkan kontak diplomatik dengan Moskow yang dibekukan secara de facto pada tahun 2022.

Para pejabat AS dan Rusia akan membahas Ukraina di Riyadh pada hari Rabu.

Presiden Ukraina Voldymyr Zelensky mengatakan bahwa Kyiv tidak akan berpartisipasi dalam pembicaraan Riyadh dan tidak akan mengakui negosiasi apa pun yang diadakan tanpa persetujuannya. Beberapa pejabat Uni Eropa telah menyatakan rasa frustrasi mereka terhadap Trump setelah presiden AS itu melakukan panggilan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada 12 Februari tanpa persetujuan mereka.

Topik Menarik