Profil Benzion Mileikowsky, Ayah Benjamin Netanyahu yang Ubah Nama saat Pindah ke Palestina

Profil Benzion Mileikowsky, Ayah Benjamin Netanyahu yang Ubah Nama saat Pindah ke Palestina

Global | sindonews | Senin, 10 Februari 2025 - 13:57
share

Benzion Mileikowsky adalah ayah dari Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu. Dia sejatinya warga Polandia yang lahir di Warsawa, namun beremigrasi ke wilayah Palestina sebelum negara Israel didirikan.

Benzion Mileikowsky mengubah nama belakangnya menjadi Benzion Netanyahu ketika pindah ke wilayah Palestina tahun 1920.

Dia merupakan sejarawan dan penulis Israel tentang sejarah Yahudi, namun kemudian lebih dikenal sebagai ayah dari Yoni Netanyahu dan Benjamin Netanyahu.

Profil Benzion Mileikowsky dan Sejarah Pindah ke Palestina

Benzion Mileikowsky lahir pada 25 Maret 1910 di Warsawa, Polandia. Dia meninggal pada 30 April 2012 pada usia 102 tahun di Yerusalem, tempatnya menetap.

Dia merupakan anak dari Nathan Mileikowsky dan Tonia (atau Tova) Mileikowsky.

Dia beremigrasi bersama keluarganya ke wilayah Palestina pada tahun 1920, tinggal di Jaffa, Tel Aviv, dan Safed sebelum akhirnya menetap di Yerusalem.

Benzion memulai studinya di David Yellin Teachers' College dan kemudian pindah ke Universitas Ibrani, tempat dia mengkhususkan diri dalam sejarah.

Ganti Nama Belakang Jadi Netanyahu

Setelah pindah ke Palestina, ayah Benzion; Nathan mulai menandatangani artikelnya dengan nama belakang Netanyahu dan, seperti kebiasaan banyak orang Yahudi Eropa yang pindah ke daerah tersebut, Benzion akhirnya mengadopsi nama belakang tersebut—nama yang telah mengukir nama abadi dalam sejarah Yahudi dan Israel.

Nama Netanyahu berasal dari bahasa Ibrani, dan dapat diterjemahkan sebagai "Tuhan telah memberi saya kemenangan" atau "Tuhan memberi kemenangan."

Sebagai seorang akademisi, Benzion mengkhususkan diri dalam bidang Yahudi Spanyol Abad Pertengahan, menulis buku tentang Isaac Abrabanel dan esai tentang Inkuisisi Spanyol dan kaum Marrano.

Dia mengembangkan teori yang menyatakan bahwa kaum Marrano berpindah agama, bukan karena paksaan, tetapi karena keinginan untuk berintegrasi ke dalam masyarakat Kristen—tetapi dipaksa menjadi kaum Marrano oleh penganiayaan yang terus-menerus karena rasisme, dan bukan karena penganiayaan agama murni, seperti yang diyakini sebelumnya.

Benzion menolak mitos bahwa kaum Marrano menjalani kehidupan ganda, dengan mengeklaim bahwa gagasan itu tumbuh dari dokumen-dokumen Inkuisisi.

Pada akhir tahun 1930-an, setelah menjadi aktif di kalangan Zionis Revisionis dan berteman dengan bapak gerakan tersebut, Ze'ev Jabotinsky, Benzion pindah ke New York, Amerika Serikat (AS), untuk menjadi sekretaris pribadi Jabotinsky.

Tak lama kemudian, ketika Jabotinsky meninggal, Benzion tetap tinggal di New York dan melanjutkan kegiatan Revisionisnya. Dia menjabat sebagai direktur eksekutif New Zionist Organization of America di New York, pesaing politik dari arus utama Zionist Organization of America, dari tahun 1940 hingga 1948.

Selama masa di New York ini, Benzion menikahi Tzela Segal dan mereka dikaruniai putra pertama mereka—Yoni Netanyahu.

Meskipun pada dasarnya tidak terlalu politis, Benzion percaya pada Israel Raya.

Ketika Rencana Pembagian Palestina oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) diterbitkan pada bulan November 1947, dia bergabung dengan orang lain yang menandatangani petisi menentang rencana tersebut yang diterbitkan di New York Times.

Pada tahun 1949, tak lama setelah deklarasi resmi pendirian Negara Israel, Benzion kembali ke Israel dan kemudian menjadi pemimpin redaksi Encyclopaedia Hebraica.

Dia kembali ke AS pada tahun 1957 untuk bekerja di departemen Bahasa Ibrani di Dropsie College di Philadelphia, kemudian pindah ke departemen Studi Ibrani di Universitas Denver, dan akhirnya dia kembali ke New York untuk menjadi profesor Studi Yahudi di Universitas Cornell.

Pada akhir musim panas tahun 1976, tak lama setelah putranya; Yoni Netanyahu terbunuh selama operasi penyelamatan sandera yang terkenal di Entebbe, Benzion dan keluarganya—termasuk putra-putranya; Benjamin Netanyahu dan Iddo Netanyahu—kembali untuk tinggal di Israel untuk selamanya.

Meskipun pencapaian profesional terbesar Benzion adalah karyanya setebal 1.400 halaman tentang Asal-usul Inkuisisi di Spanyol pada Abad Kelima Belas, dia paling dikenal di seluruh dunia sebagai ayah dari Yoni Netanyahu dan Benjamin Netanyahu.

Benzion meninggal pada pagi hari, 30 April 2012, di usia 102 tahun.

Benjamin Netanyahu, putra kedua Benzion, yang menjadi PM Israel sekarang ini, mengatakan pesan terpenting yang dipelajarinya dari ayahnya adalah, "siapa pun yang tidak mengetahui masa lalunya, tidak dapat memahami masa kininya, dan karena itu tidak dapat merencanakan masa depannya."

Topik Menarik