Trump ingin Berhubungan Kembali dengan Pemimpin Korut Kim Jong-un

Trump ingin Berhubungan Kembali dengan Pemimpin Korut Kim Jong-un

Global | sindonews | Sabtu, 8 Februari 2025 - 10:15
share

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan keinginannya membangun kembali hubungan dengan Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un.

Trump menyoroti hubungan mereka di masa lalu dan menekankan pentingnya keterlibatan diplomatik.

Berbicara dalam konferensi pers pada hari Jumat (7/2/2025), Trump mengatakan, "Kami akan memiliki hubungan dengan Korea Utara dan dengan Kim Jong-un."

Trump merenungkan interaksi sebelumnya dengan Kim, dengan menyatakan, "Saya sangat akrab dengannya, seperti yang Anda tahu. Saya pikir saya menghentikan perang."

Dia menyatakan kemenangannya dalam pemilihan umum tahun 2016 membantu mencegah konflik, dan menambahkan, "Saya pikir jika saya tidak memenangkan pemilihan tersebut, Anda akan berakhir dalam situasi yang sangat buruk. Namun saya menang, dan kami memiliki hubungan yang baik."

Trump menekankan kemampuannya berinteraksi dengan Kim bermanfaat bagi stabilitas global.

"Saya pikir itu merupakan aset yang sangat besar bagi semua orang bahwa saya bisa bergaul dengannya. Maksud saya, saya bisa bergaul dengannya, dia bisa bergaul dengan saya, dan itu hal yang baik, bukan hal yang buruk," ujar dia.

Dia juga mencatat negara-negara lain, khususnya Jepang, melihat nilai dalam pendekatan diplomatiknya.

“Saya dapat memberi tahu Anda bahwa Jepang menyukai gagasan itu karena hubungan mereka tidak terlalu baik dengannya (Kim Jong-un), dan jika saya dapat menjalin hubungan tidak hanya dengannya tetapi juga orang lain di seluruh dunia yang tampaknya mengalami kesulitan, saya pikir itu merupakan aset yang luar biasa bagi dunia, bukan hanya Amerika Serikat,” ungkap Trump.

Jangkauan diplomatik Trump ke Korea Utara menandai perubahan signifikan dalam kebijakan luar negeri AS selama masa jabatan pertamanya.

Setelah periode awal ketegangan yang meningkat pada tahun 2017, di mana Trump menyebut Kim sebagai “Manusia Roket” dan mengancam “api dan amarah” jika Korea Utara melanjutkan ambisi nuklirnya, kedua pemimpin tersebut kemudian menjalin dialog yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Pada tahun 2018, Trump dan Kim bertemu di Singapura untuk pertemuan puncak pertama antara presiden AS yang sedang menjabat dan pemimpin Korea Utara.

Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan luas tentang denuklirisasi, meskipun hal-hal spesifiknya masih samar-samar.

Pertemuan puncak kedua di Hanoi pada tahun 2019 berakhir tanpa kesepakatan setelah terjadi ketidaksepakatan mengenai keringanan sanksi dan program nuklir Korea Utara.

Pada akhir tahun itu, Trump menjadi presiden AS pertama yang menginjakkan kaki di Korea Utara selama pertemuan singkat dengan Kim di Zona Demiliterisasi (DMZ).

Meskipun ada pertemuan bersejarah, negosiasi AS-Korea Utara terhenti, dan Pyongyang terus melakukan uji coba rudal.

Upaya Trump menjaga hubungan pribadi dengan Kim, termasuk pertukaran surat, tidak menghasilkan perjanjian denuklirisasi yang konkret.

Namun, Trump menegaskan diplomasi langsungnya mencegah terjadinya konflik besar dan dapat dihidupkan kembali di masa mendatang.

Topik Menarik