Palestina Tegaskan Bukan Proyek Investasi, Lahannya Tidak Dijual
Juru bicara Kepresidenan Palestina Nabil Abu Rudeineh menegaskan Palestina bukanlah proyek investasi, lahannya tidak boleh dijual.
Pada hari Selasa, Presiden AS Donald Trump menyebut Gaza sebagai "lokasi pembongkaran" dan menyatakan Palestina tidak punya pilihan, seraya menambahkan dia ingin melihat Yordania dan Mesir menerima warga Palestina dari Jalur Gaza.
Trump juga mengatakan AS akan "mengambil alih" Gaza dan bertanggung jawab atas pekerjaan rekonstruksi di wilayah tersebut.
"Palestina dengan tanah, sejarah, dan tempat-tempat sucinya tidak untuk dijual dan bukan proyek investasi," ujar Abu Rudeineh seperti dikutip kantor berita WAFA.
Sementara itu, Kantor Media Pemerintah Gaza mengeluarkan pernyataan Israel melanggar ketentuan gencatan senjata dengan tidak mengizinkan jumlah bantuan minimum yang disepakati untuk memasuki wilayah kantong tersebut.
Kesepakatan itu memungkinkan lewatnya 600 truk bantuan setiap hari, minimal, termasuk 50 truk bahan bakar, serta 60.000 unit bergerak dan 200.000 tenda, generator listrik dan suku cadangnya, panel surya dan baterai.
"Jumlah bantuan yang masuk ke Jalur Gaza masih jauh dari jumlah minimum yang dibutuhkan," tegas pernyataan itu, karena 8.500 truk telah memasuki Jalur Gaza sejak perjanjian itu mulai berlaku 20 hari lalu, bukannya 12.000 yang dibutuhkan. Selain itu, 2.916 truk mencapai Gaza utara, bukannya 6.000.
“Bantuan yang masuk sebagian besar adalah makanan,” ungkap pernyataan itu, sementara bantuan tempat tinggal tidak mencapai 10 dari jumlah yang disepakati.
“Demikian pula, 15 truk bahan bakar memasuki Gaza, bukannya 50,” papar pernyataan itu.
Bantuan kemanusiaan telah memasuki Gaza sejak gencatan senjata mulai berlaku, tetapi 600 truk yang melewati perlintasan Rafah setiap hari tidak cukup memenuhi kebutuhan penduduk, menurut Norwegian Refugee Council (NRC), badan bantuan global.
“Sebelum 7 Oktober (2023), 500 truk memasuki Gaza pada hari kerja apa pun dan saat itu orang-orang bekerja dan tinggal di rumah mereka,” ujar Shaina Low, penasihat komunikasi di NRC, mengatakan kepada Al Jazeera.
Dia menjelaskan, “Sekarang, 600 truk masuk setiap hari dan kami berada dalam situasi krisis darurat.”
Selain itu, organisasi bantuan “menghadapi hambatan luar biasa dalam menyalurkan bantuan ke Gaza” selama 15 bulan terakhir.
“Sekarang, kami akhirnya dapat meningkatkan respons kami, tetapi masih ada keterlambatan dalam menyaring jenis material tertentu,” papar Low.
Material yang diberi label “guna ganda” oleh Israel, yang mencakup perlengkapan medis, menghadapi pembatasan.
“Penundaan juga disebabkan oleh terbatasnya ketersediaan peralatan pemeriksaan yang digunakan otoritas Israel untuk memeriksa truk bantuan,” ungkap juru bicara tersebut.