Netanyahu Sesumbar Israel Tunda Rencana Bom Nuklir Iran selama 10 Tahun

Netanyahu Sesumbar Israel Tunda Rencana Bom Nuklir Iran selama 10 Tahun

Global | sindonews | Jum'at, 7 Februari 2025 - 21:01
share

Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu sesumbar Iran "mungkin" bisa membuat senjata nuklir sepuluh tahun lalu jika rezim Zionis tidak mengambil tindakan.

Dia kemudian memperingatkan ambisi nuklir Teheran tetap menjadi ancaman.

Komentar itu muncul beberapa hari setelah New York Times melaporkan ilmuwan Iran tengah berupaya menemukan metode yang lebih cepat untuk mengembangkan senjata nuklir.

Menurut sumber intelijen Amerika Serikat (AS), tim rahasia ilmuwan yang berbasis di Teheran telah ditugaskan menemukan cara baru untuk memproduksi bom atom.

Laporan itu juga mengindikasikan intelijen baru itu termasuk di antara topik yang dibahas selama kunjungan kenegaraan Netanyahu ke AS pekan ini.

"(Iran) mungkin sudah ada di sana sepuluh tahun lalu jika kami tidak mengambil berbagai tindakan untuk menahan mereka. Kami menahan mereka," ujar perdana menteri Israel itu kepada Fox News di Washington pada hari Kamis (6/2/2025).

Namun, dia menambahkan upaya Teheran tidak dihentikan "sepenuhnya."

Netanyahu menggarisbawahi sikap bersama Presiden AS Donald Trump mengenai masalah ini, dengan menyatakan, "Presiden mengatakan sesuatu yang sangat sederhana, yang juga saya katakan. Iran tidak boleh diizinkan memiliki senjata nuklir."

Aktivitas pengayaan uranium Iran telah lama dipandang Barat dan Israel sebagai upaya rahasia untuk mengembangkan senjata nuklir.

Teheran telah membantah tuduhan tersebut, bersikeras aktivitas nuklirnya hanya untuk tujuan damai.

Negara tersebut telah menjadi subjek berbagai sanksi internasional selama beberapa dekade atas program pengembangan nuklirnya.

Pada tahun 2015, Iran mencapai kesepakatan nuklir dengan negara-negara besar dunia, yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama, yang membatasi program nuklir Teheran dengan imbalan keringanan sanksi sebagian.

Namun, pada tahun 2018 AS secara sepihak menarik diri dari perjanjian tersebut selama masa jabatan pertama Donald Trump.

Sejak saat itu, Iran telah meningkatkan kemampuan pengayaan uraniumnya secara signifikan, dan upaya menghidupkan kembali kesepakatan tersebut belum berhasil meskipun Teheran telah mengklaim siap berunding jika diperlakukan dengan "hormat."

Pada bulan Desember, Rafael Grossi, kepala Badan Tenaga Atom Internasional, menyatakan Iran secara “dramatis” mempercepat pengayaan uraniumnya hingga mencapai kemurnian 60, dan menyebut perkembangan tersebut “sangat memprihatinkan.”

Topik Menarik