Gedung Putih Ogah Komitmen Pastikan Warga Palestina bisa Tinggal di Gaza sesuai Ide Trump
Gedung Putih menolak berkomitmen memastikan setiap warga Palestina yang ingin tetap berada di Jalur Gaza akan diizinkan melakukannya berdasarkan proposal yang sangat kontroversial yang diajukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pekan ini.
Juru bicara Karoline Leavitt mengatakan Gedung Putih mengharapkan Yordania dan Mesir menerima warga Palestina yang mengungsi "untuk sementara".
Namun ketika ditanya langsung oleh seorang reporter apakah dia dapat mengonfirmasi berdasarkan rencana Trump untuk mengambil alih kepemilikan wilayah tersebut, warga Palestina akan diizinkan untuk tinggal, Leavitt berkata, "Saya dapat mengonfirmasi Presiden berkomitmen membangun kembali Gaza dan untuk sementara merelokasi mereka yang berada di sana."
"Itu adalah lokasi pembongkaran. Tidak ada air mengalir, tidak ada listrik. Presiden ingin orang-orang ini hidup dengan damai. Dia berkomitmen melakukan itu dengan rencana baru yang sangat berani ini, dan kami akan terus memberi tahu Anda tentang pembaruan saat kami menerimanya,” ujar dia, menolak menjawab pertanyaan lanjutan dari reporter tersebut.
Sementara itu, Senator Partai Republik Rand Paul pada hari Rabu (5/2/2025), mengkritik usulan Presiden AS Donald Trump untuk “mengambil alih Jalur Gaza”, Anadolu Agency melaporkan.
“Mengejar perdamaian seharusnya dilakukan oleh Israel dan Palestina. Saya pikir kita memilih America First. Kita tidak punya urusan merenungkan pendudukan lain yang akan menghancurkan harta kita dan menumpahkan darah prajurit kita,” ungkap Rand Paul di X.
Pernyataannya muncul satu hari setelah Trump mengatakan pada konferensi pers dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, bahwa AS “akan mengambil alih Jalur Gaza, dan kami akan melakukannya juga” dan mengirim pasukan AS jika perlu dan mengubahnya menjadi “Riviera Timur Tengah”.
Paul melampirkan komentarnya pada posting ulang posting Menteri Luar Negeri Marco Rubio yang mengatakan, “Gaza HARUS BEBAS dari Hamas.”
"Seperti yang disampaikan @POTUS hari ini, Amerika Serikat siap memimpin dan Membuat Gaza Indah Kembali. Upaya kami adalah mewujudkan perdamaian abadi di kawasan itu bagi semua orang," ungkap Rubio.
Usulan Trump muncul setelah perjanjian gencatan senjata mulai berlaku di Gaza pada 19 Januari, yang menangguhkan perang genosida Israel yang telah menewaskan lebih dari 47.500 warga Palestina dan menghancurkan daerah kantong itu.
Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan pada bulan November untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya, Yoav Gallant, atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong itu.