Warga Gaza Tolak Rencana Pengusiran oleh Trump: Kami Hidup atau Mati di Sini

Warga Gaza Tolak Rencana Pengusiran oleh Trump: Kami Hidup atau Mati di Sini

Global | sindonews | Kamis, 6 Februari 2025 - 13:20
share

Para warga Palestina mengatakan bahwa mereka tidak akan pernah setuju untuk menyerahkan wilayah Gaza seperti yang diusulkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Trump, dalam konferensi pers hari Selasa di Gedung Putih bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengusulkan "kepemilikan jangka panjang" atas Gaza oleh Amerika Serikat.

Usulannya itu muncul beberapa hari setelah usulan lainnya yang mengejutkan, yakni ingin penduduk Gaza direlokasi ke Yordania dan Mesir.

"Kami hanya punya satu pilihan: hidup atau mati di sini," kata Ahmed Halasa, seorang warga Kota Gaza berusia 41 tahun, yang berdiri di dekat reruntuhan bangunan yang roboh, kepada AFP , yang dilansir Kamis (6/2/2025).

Bahkan dengan sebagian besar wilayah utara yang hancur, ratusan ribu warga Gaza telah kembali sejak akhir Januari, bagian dari gencatan senjata yang rapuh yang telah menghentikan lebih dari 15 bulan perang antara Israel dan Hamas.

"Kami kembali meskipun terjadi kerusakan besar dan meskipun kurangnya infrastruktur, air, dan kebutuhan pokok," kata Ahmed al-Minawi (24), yang kembali bersama keluarganya di Kota Gaza.

"Kami kembali karena kami dengan tegas menolak pemindahan," katanya lagi.

"Mereka dapat melakukan apa pun yang mereka inginkan, tetapi kami akan tetap teguh di tanah air kami," imbuh Halasa."

Bagian utara Gaza, yang meliputi Kota Gaza, sangat terpukul oleh pertempuran selama perang dan terutama sejak Israel melancarkan serangan besar di daerah tersebut pada bulan Oktober.

Banyak dari mereka yang baru-baru ini kembali mendapati rumah mereka hancur, mendirikan tenda di dekat reruntuhan dan tinggal di sana.

Seperti Badri Akram yang berusia 36 tahun, semua warga Palestina yang diwawancarai AFP menolak keras saran Trump agar mereka meninggalkan Gaza.

"Anda lihat, rumah saya hancur, tetapi saya bisa tidur di reruntuhan," kata Akram, sambil menunjuk reruntuhan di belakangnya.

Trump juga melontarkan gagasan untuk menciptakan "Riviera Timur Tengah" di Gaza yang dibangun kembali, tetapi bagi warga Palestina, bagian terpenting dari usulannya berkaitan dengan kekhawatiran mereka akan pengusiran.

Setiap upaya untuk memaksa mereka keluar dari Gaza akan membangkitkan kenangan kelam tentang apa yang disebut dunia Arab sebagai "Nakba", atau bencanapengusiran massal warga Palestina selama pembentukan Israel pada tahun 1948.

"Kami telah memerangi pengusiran sejak 1948," kata Minawi.

Program Pangan Dunia PBB mengatakan bahwa hanya dalam beberapa hari, sekitar 500.000 orang telah kembali ke utara Gaza.

Pada hari Rabu, jalan-jalan di Kota Gaza kembali ramai dengan aktivitas, dengan pedagang berjejer di sepanjang jalan dan mobil-mobil melaju di samping pejalan kaki.

Di Tepi Barat yang diduduki Israel, yang dipisahkan dari Gaza oleh wilayah Israel, warga Palestina juga sama marahnya dengan pembicaraan tentang penggusuran.

"Kami tidak akan meninggalkan tanah kami bahkan jika mereka membawa semua tank di dunia," kata Umm Muhammad al-Baytar, seorang warga Ramallah.

"Bahkan serangan udara tidak dapat memaksa mereka untuk pergi," kata pensiunan itu tentang rekan-rekannya di Jalur Gaza.

Topik Menarik