Respons Rusia soal Ukraina Minta Senjata Nuklir Barat: Ini Mendekati Kegilaan
Pemerintah Rusia merespons sinis Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang minta sekutu Barat memberikan senjata nuklir kepada Kyiv.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengecam gagasan bahwa Ukraina harus diberikan senjata nuklir dalam jumlah yang cukup untuk menghalau Rusia.
"Pernyataan dan pernyataan seperti itu, secara umum, mendekati kegilaan. Antara lain, ada rezim nonproliferasi untuk senjata nuklir," kata Peskov, yang dilansir Anadolu, Kamis (6/2/2025).
Zelensky mengatakan dalam sebuah wawancara dengan jurnalis Inggris Piers Morgan pada Selasa malam bahwa Kyiv harus diberikan senjata nuklir untuk memastikan keamanannya jika proses keanggotaan Ukraina di NATO memakan waktu terlalu lama.
Dia mempertanyakan jaminan apa yang akan dimiliki Ukraina jika keanggotaan NATO masih belum pasti, dengan mengatakan: "Apakah mereka akan memberi kita senjata nuklir? Biarkan mereka memberi kita senjata nuklir."
"Apakah mereka akan memberi kita cukup rudal untuk menghentikan Rusia, yang saya ragukan? Namun ini (memberikan senjata nuklir) akan membantu," imbuh dia.
Ukraina mewarisi persediaan senjata nuklir setelah runtuhnya Uni Soviet, tetapi menyerahkannya pada tahun 1994 melalui Memorandum Budapest setelah menerima jaminan keamanan dari Rusia, Inggris, dan Amerika Serikat.
"Kembalikan senjata nuklir kepada kami. Berikan kami sistem rudal," kata Zelensky.
"Mitra: Bantu kami membiayai 1 juta tentara. Pindahkan kontingen Anda ke bagian negara kami di mana kami menginginkan stabilitas situasi sehingga rakyat merasa tenang," paparnya.
Peskov lebih lanjut mengatakan bahwa kesiapan Ukraina untuk negosiasi harus didasarkan pada sesuatu yang konkret dan bukan sekadar retorika.
"Kesiapan harus dibangun di atas sesuatu; tidak dapat didasarkan pada larangan legislatif atas negosiasi semacam itu...Jadi untuk saat ini, ini tidak lebih dari sekadar kata-kata kosong," kata Peskov.
Dia juga menyatakan harapan bahwa politisi Eropa akan menyadari bahaya membahas topik-topik seperti itu, meskipun dia menggambarkan adanya penurunan kompetensi politik di antara generasi pemimpin Eropa saat ini.
“Kita berharap bahwa, meskipun generasi politisi Eropa saat ini kurang memenuhi kualifikasi, Eropa masih memiliki pemahaman yang jernih tentang absurditas dan potensi bahaya dalam membahas topik semacam itu,” paparnya.