AS Klaim Serangan Rudal Iran Gagal dan Tidak Efektif

AS Klaim Serangan Rudal Iran Gagal dan Tidak Efektif

Global | sindonews | Rabu, 2 Oktober 2024 - 07:45
share

Iran melancarkan serangan rudal besar-besaran ke Israel pada Selasa (1/10/2024). Segera setelah serangan itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris menghadiri pengarahan keamanan nasional.

Biden mengatakan dia memerintahkan militer AS untuk membantu pertahanan Israel terhadap serangan itu dan menembak jatuh rudal yang menargetkan Israel, meskipun beberapa rudal telah langsung menghantam kota-kota Israel termasuk Tel Aviv.

???? The Iranian attack destroyed a number of F-35 warplanes in Nevatim air base. Missiles also destroyed F-15 warplanes in other bases like Hatzerim.

These planes, which were used to bomb the Gaza Strip and Lebanon with over 85,000 tons of explosives at in the last year, have pic.twitter.com/6BoEOzmz8n

The Palestine Chronicle (@PalestineChron) October 1, 2024

Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin telah berbicara dengan Menhan Israel Yoav Gallant pada Selasa sebelum serangan Iran, dan kedua pemimpin militer itu berbicara tentang "konsekuensi berat" bagi Iran jika melancarkan serangan langsung ke Israel.

Juru bicara militer Israel Hagari mengatakan kepada wartawan bahwa Angkatan Udara Israel "terus beroperasi dengan kapasitas penuh, dan malam ini juga akan terus menyerang dengan kuat di Timur Tengah, seperti yang terjadi selama setahun terakhir."

"Kami masih menyelidiki (hasil serangan) dan tidak ingin memberikan semua informasi kepada musuh," ujar Hagari.

Sejauh ini, serangan tersebut tampaknya telah menyebabkan kerusakan yang lebih besar bagi Israel daripada serangan Iran sebelumnya pada bulan April, ketika ratusan pesawat nirawak bersenjata diluncurkan sebagai balasan atas serangan Israel terhadap gedung konsulat Iran di Damaskus.

Sebagian besar pesawat nirawak dalam serangan itu dicegat oleh Israel, bekerja sama dengan AS, Prancis, dan negara-negara lain termasuk Yordania.

Dalam serangan ini, laporan mengatakan rudal Iran telah terbang di atas Yordania, dengan beberapa di antaranya berhasil dicegat.

Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan menggolongkan serangan Iran sebagai eskalasi yang "signifikan" dan serangan itu "gagal dan tidak efektif".

Sullivan mengatakan AS tidak mengetahui adanya korban atau kerusakan pada infrastruktur dan instalasi militer selama jumpa pers pada hari Selasa.

Sullivan menegaskan kembali posisi AS bahwa mereka tidak mengevakuasi warganya dari Lebanon tetapi mendesak warga Amerika memanfaatkan sarana komersial untuk meninggalkan negara itu.

"Akan ada konsekuensi berat atas serangan ini," imbuh Sullivan tanpa merinci apa saja konsekuensinya, tetapi mereka akan bekerja sama dengan Israel untuk mewujudkannya.

Juru bicara Pentagon Jenderal Pat Ryder mengatakan dua kapal perusak Angkatan Laut AS, USS Bulkeley dan USS Cole, menembakkan sekitar selusin rudal pencegat untuk membela Israel selama serangan Iran.

Ryder mengatakan serangan ini "dua kali lebih besar, dalam hal cakupan" dari apa yang kami katakan sebelumnya, yang tampaknya merujuk pada serangan Iran pada bulan April terhadap Israel.

Eskalasi Israel saat ini di Lebanon dan tanggapan Iran pada Selasa terjadi setahun setelah Israel memulai perangnya di Gaza Oktober lalu, yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 41.000 warga Palestina, menurut jumlah korban tewas resmi yang dilaporkan Kementerian Kesehatan Palestina.

Perang tersebut telah menyebabkan kekhawatiran akan meluasnya perang menjadi konflik regional antara Israel dan Poros Perlawanan yang berpihak pada Iran, yang terdiri dari Hamas, Hizbullah, Houthi, pemerintah Suriah, dan Perlawanan Islam di Irak.

Setelah perang di Gaza dimulai, Israel dan gerakan Hizbullah Lebanon mulai melancarkan serangan roket lintas batas.

Houthi Yaman melancarkan blokade kapal ke dan dari Israel di Laut Merah, dan Israel kadang-kadang melancarkan serangan di Suriah.

Namun, baru dalam beberapa pekan terakhir konflik meningkat dengan Israel melancarkan serangan siber ke Lebanon, yang memicu ledakan pager dan walkie-talkie yang terkait dengan Hizbullah yang menewaskan 37 orang dan melukai ribuan lainnya.

Beberapa hari kemudian, Israel mulai melancarkan serangan udara besar-besaran di seluruh Lebanon yang berpuncak pada serangan di Beirut selatan yang menewaskan Nasrallah.

Serangan Israel di Lebanon telah menewaskan lebih dari 700 orang secara total.

Topik Menarik